SUARA CIREBON – Anggapan bahwa wilayah utara Pulau Jawa aman dari gempa gugur dengan adanya gempa Tuban, Jawa Timur.
Gempa Tuban makin mengingatkan kewaspadaan akan bencana fenomena tektonik dimana saja di Tanah Air, termasuk di utara Pulau Jawa.
Hasil analisis Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan akan ancaman gempa yang juga berpotensi di utara Pulau Jawa.
Selama ini, banyak anggapan wilayah utara Pulau Jawa relatif aman dari bencana gempa dan dampak lainnya seperti tsunami.
Namun gempa Tuban menjadi pengingat bahwa wilayah utara Pulau Jawa, ternyata menyimpan potensi bencana akibat aktifitas tektonik tersebut.
Gempa Tuban, terutama yang terjadi pada Jumat sore, pukul 15.52 WIB, 21 Maret 2024, merupakan yang terbesar dengan kekuatan Magnitudo atau M6,5.
Menurut BMKG, kekuatan gempa Tuban pada Jumat sore (M6,5) memecahkan rekor kekuatan gempa yang pernah terjadi di utara Pulau Jawa.
“Gempa Jumat sore, berkekuatan M6,5 merupakan gempa terkuat sepanjang sejarah gempa di wilayah utara Pulau Jawa,” tutur Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono.
Daryono mengakui, wilayah utara Pulau Jawa, termasuk perairan Laut Jawa, selama ini relatif aman dari aktifitas tektonik berupa gempa.
Catatan gempa di utara Pulau Jawa relatif langka. Terkuat tahun 1950, itupun dibawah gempa Tuban saat ini yang mencapai M6,5.
Hasil analisis BMKG, gempa Tuban yang pusat gempa berada di perairan Laut Jawa sebelah barat Pulau Bawean di utara Gresik (Pulau Jawa), terjadi karena adanya proses reaktifitasi sesar tua.
“Ada proses reaktifitasi sesar tua di Laut Jawa di utara Pulau Jawa. Sesar tua yang lama tidak aktif, tiba-tiba aktif kembali,” tutur Daryono.
Gempa Tuban atau gempa Bawean, termasuk gempa kerak dangkal yang bersifat sangat merusak karena di kedalaman hanya 10 kilometer.
“Gempa Tuban atau Gempa Bawean ini menambah catatan langka gempa di utara Pulau Jawa. Pernah terjadi tahun 1902, 1939 dan terakhir 1950, namun kekuatan di bawah gempa saat ini,” tutur Daryono.
Daryono melihat fenomena gempa Tuban atau gempa Bawean ini sebagai peringatan dini kepada siapa saja.
Selama ini, gempa lebih banyak terjadi di wilayah selatan Jawa akibat aktifitas subduksi atau benturan lempeng benua Australia dan Asia (megathrust), termasuk sesar-sesar aktif di daratan.
“Ternyata sumber gempa juga ada di utara Pulau Jawa,” tutur Daryono.
Catatan terbaru BMKG, sejak gempa pertama Jumat siang pukul 11.22 WIB (21 Maret 2024) berkekuatan M6,0 sampai Senin pagi 25 Maret 2024, terjadi 267 kali gempa susulan. Gempa terbesar pada Jumat sore, pukul 15.52 WIB.
Bahkan guncagannya tidak hanya dirasakan masyarakat di Jawa Timur, Jawa Tengah dan yogyakarta, juga dirasakan warga indramayu dan Cirebon (Jawa Barat) serta Kalimantan Selatan.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.