SUARA CIREBON – Kang Dedi Mulyadi atau KDM mengultimatum preman yang melakukan pemalakan dan pembacokan seorang pekerja di Jembatan Cihambulu untuk segera menyerahkan diri ke Polisi.
Preman pelaku pemalakan dan pembacokan pekerja Jembatan Cihambulu di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta ini pun terus diburu.
Kang Dedi Mulyadi atau KDM yang merasa dirugikan karena pekerjanya jadi korban aksi premanisme tersebut, bahkan berinsiatif mencari informasi untuk mengetahui identitas dan keberadaan pelaku.
Dari hasil penyelidikan yang dilakukan, KDM kini telah mengetahui identitas dan alamat dua preman yang melakukan pemalakan dan pembacokan terhadap pekerja yang sedang memperbaiki Jembatan Cihambulu.
Kedua pelaku pemalakan dan pembacokan sendiri masih belum menyerahkan diri. Diduga pelaku bersembunyi di daerah lain karena takut kasusnya yang kini viral dan jadi perbincangan masyarakat luas.
“Saya coba telusuri keberadaan pelaku. Ternyata ada dua pelakunya. Ipin dan adik iparnya Ebit. Saya sudah tahu semuanya,” tutur Kang Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta tersebut.
KDM mengaku sudah sempat menemui istri Ipin dan menemukan kontrakan Ebit yang tidak jauh dari rumah Ipin. Ipin dan Ebit telah kabur bersembunyi saat caleg DPR RI terpilih dari Partai Gerindra dengan suara tertinggi di Jawa Barat itu datang.
KDM pun kembali ke rumah Ipin untuk menemui istrinya, Eneng. Saat ditanya Eneng mengaku hingga kini tak tahu keberadaan suami dan adiknya itu pasca aksi premanisme beberapa waktu lalu.
“Gak tahu, Pak, adik saya itu sama istri mudanya. Kan istrinya (pertama) kerja di Libya, dua anaknya dari kecil diasuh karena saya gak punya anak,” ucap Eneng.
Kepala Desa Cijunti Rohata Hardiana yang mendampingi KDM mengungkap fakta, Ipin dan Ebit adalah residivis kasus narkoba. Bahkan Ebit sudah dua kali masuk penjara dengan kasus yang sama.
Pria yang akrab disapa Apih Rohata ini mengaku sudah resah dengan peredaran narkoba dan miras di kampungnya. Sebab ia sudah mendapatkan informasi berupa sejumlah video yang memperlihatkan anak usia SMP mengkonsumsi miras dan narkoba.
“Makanya setelah lebaran akan ada penyuluhan terutama bagi para orang tua agar tidak mudah dibohongi oleh anaknya. Sebab dimungkinkan mereka yang usia SMP sudah mulai pakai,” ucap Apih.
Dari informasi yang didapat Apih, anak-anak mulanya dicekoki miras dan narkoba jenis obat keras oleh teman geng di SMP. Selanjutnya hal itu menjadi kebiasaan yang berlanjut hingga kini.
“Sumber barangnya kita belum tahu beli obat sama miras dimana. Yang jelas dari video-video itu mereka anak-anak SMP,” katanya.
KDM kaget dan cemas karena ternyata Desa Cijunti yang dulu dikenal berbudaya dan kreatif ternyata kini sudah disusupi barang haram yang mengancam generasi muda.
“Dari kasus ini saya tahu ada problem bahwa peredaran narkoba dan miras di sini sudah lumayan, termasuk di antaranya kedua pelaku (Ipin dan Ebit). Kemudian problem lainnya penggunanya umuran SMP,” ujar KDM.
Kang Dedi Mulyadi berharap pihak berwajib segera melakukan tindakan atas sejumlah fakta mengejutkan di balik kasus premanisme ini. Sebab jika tidak segera dicegah dikhawatirkan generasi muda desa akan semakin terpengaruh oleh hal negatif.
Tak hanya itu ia pun meminta kedua Ipin dan Ebit untuk segera menyerahkan diri dan mengikuti proses hukum yang kini telah berjalan di Polres Purwakarta.
“Sekarang lebih baik segera ke Polres agar nanti saya bisa menyimpulkan apa sikap selanjutnya. Daripada panjang urusannya, ditangkap oleh anggota kepolisian, lebih baik menyerahkan diri,” tutur KDM.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.