SUARA CIREBON – Sejumlah kader PKB Kabupaten Cirebon menyayangkan isu yang menyebut PKB ditinggal sendirian pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024 ini.
Pasalnya, tiga parpol yakni Partai Golkar, Gerindra dan Partai Demokrat telah mendeklarasikan diri untuk berkoalisi. Begitu juga dengan Partai NasDem dan PKS yang sudah menandatangani kesepakatan koalisi.
Sehingga, praktis tersisa PDI Perjuangan dan PKB yang masih “menjomblo” di antara partai-partai yang memiliki keterwakilan di DPRD Kabupaten Cirebon.
Menyikapi hal itu, sejumlah kader PKB mendesak pengurus DPC untuk segera melakukan komunikasi politik dengan sejumlah partai agar partainya dapat ikut serta dalam Pilkada.
Tidak hanya ikut serta, sejumlah kader bahkan menargetkan PKB dapat memenangi Pilkada Kabupaten Cirebon 2024.
Kader PKB Kabupaten Cirebon, Syahidin mengatakan, saat ini tinggal PKB yang belum menentukan koalisi. Padahal, menurut Syahidin, sudah puluhan mendaftarkan diri sebagai bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Cirebon melalui PKB.
“Meski yang daftar calon Bupati dan Wakil Bupati Cirebon melalui PKB mencapai puluhan orang, tetapi PKB masih belum dilirik partai manapun untuk berkoalisi. Memang sih waktunya masih lama,” kata Syahidin kepada awak media, Rabu, 29 Mei 2024.
Syahidin mengakui, bisa jadi dalam injuritime PKB bakal menggandeng salah satu parpol untuk memenuhi syarat pencalonan.
Pasalnya, dengan hasil Pemilu 2024 yang hanya mendapat 9 kursi, PKB tidak bisa mengusung calon Bupati dan Wakil Bupati Cirebon sendirian karena belum memenuhi syarat minimal.
“Saya berharap kepada pemangku kebijakan PKB agar segera membangun komunikasi dengan partai lain agar tidak ditinggal ngejomblo, ” ujarnya.
Syahidin memprediksi jika partai-partai pecah dengan tidak membangun koalisi besar, kemungkinan PDIP akan merasa senang, karena secara elektoral PDIP dari awal pemilihan langsung Pilkada selalu menang telak.
“Egoisme parpol oposisi seharusnya belajar dari pertarungan sebelumnya yang selalu keok jika kepentingan masing-masing parpol lebih ditonjolkan. Semua parpol yang sekarang sedang berkoalisi adalah parpol yang oposisi dengan pemkab sekarang. Prahara yang menimpa PDIP terkait kasus Sunjaya harusnya dijadikan pemantik perubahan untuk parpol oposisi,” katanya.
Syahidin mengatakan, kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Imron-Ayu pun anjlok drastis, IPM Kabupaten Cirebon juga stagnan termasuk keluhan masyarakat atas kurang kepekaan pemerintah dalam menangani jalan berlubang.
“PDIP krisis tokoh. Harusnya ini dijadikan kesempatan para oposisi untuk membangun koalisi kekuatan besar untuk bertarung melawan petahana. Hemat saya koalisi bisa berubah jika PDIP sudah turun rekom. Karena central penentu koalisi juga terkadang menunggu PDIP,” ungkap Syahidin.
Syahidin pun mengatakan, PDIP sedang dilema menentukan kader yang akan direkomendasi terkait banyak sekali aduan masyarakat di medsos bahwa kepercayaan publik menurun kepada Imron-Ayu.
“Jika PDIP menjatuhkan rekom pada Nuruzzaman, saya yakin bahwa PDIP akan bisa merangkul beberapa partai lain dan diprediksi akan ada kekuatan besar jika PDIP berkoalisi dengan PKB misal Zaman berpasangan Gus Abe,” katanya.
Menurut dia, orang-orang yang disebutkan itu merupakan tokoh muda yang memumpuni punya track record yang bagus sebagai aktifis dan organisatoris tingkat nasional.
“Terbukti Sunjaya dulu jual alumni Babakan saja laku. Apalagi mereka berdua adalah putra asli pesantren yang punya pemikiran maju dan berpendidikan tinggi. Jadi Nuruzaman menurut saya adalah solusi alternatif jika PDIP mau berkoalisi dengan partai lain,” katanya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.