SUARA CIREBON – Kesaksian Suroto, Mandor Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon yang mengaku sebagai orang pertama yang menolong tubuh Vina dan Eki, bisa mengubah 180 derajat alur fakta kasus kematian sejoli tersebut.
Mantan Kabareskrim Polri, Komjen Pol (Purn) Susno Duadji mengungkapkan pendapatnya menyusul fakta baru dalam kasus kematian Vina dan Eki, terkait kesaksian Suroto.
“Kalau benar apa yang disampaikan Pak Suroto, maka ini akan mengubah 180 derajat cerita kasus kematian Vina dan Ekim,” tutur Susno Djuadji seperti dikutip dari talkshow TVOne, Kamis malam, 6 Mei 2024.
Seperti diketahui, kesaksian Suroto sangat mengejutkan. Sebab menunjukan bahwa posisi dan lokasi tubuh Vina dan Eki saat ditemukan ternyata berbeda dengan hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) oleh Polres Cirebon Kota (Polres Ciko).
Versi olah TKP kepolisian, seperti terlihat dari tanda yang diberikan, posisi tubuh Vina dan Eki saling berdekatan, jaraknya sekitar setengah meter.
Jarak sepeda motor juga tidak terlalu jauh dengan posisi Vina dan Eki, antara 2 sampai 3 meter. Lokasinya berada di trotoar di sebelah kiri Jalan Raya Kalitanjung – Talun ke arah Sumber.
Posisi tubuh atau mayat Vina dan Eki di trotoar di ujung sebelum melewati fly over atau jembatan layang jalan tol di wilayah Desa Kepompongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Posisi dan lokasi Vina dan Eki versi pengakuan Suroto sangat berbeda. Suroto merupakan orang pertama yang menolong Vina dan Eki saat tubuh keduanya tergeletak di Jalan Raya Kalitanjung – Talun – Sumber.
“Waktu itu sekitar jam 10 malam. Saat hujan deras. Saya lagi patroli melihat kerumunan orang. Ternyata ada dua tubuh tergeletak. Saat itu disebut korban kecelakaan,” tutur Suroto.
Versi Suroto, posisi dan lokasi tubuh Vina dan Eki berbeda dengan hasil olah TKP kepolisian.
Tubuh Vina dan Eki memang sama-sama di Jalan Raya Kalitanjung – Talu arah Sumber dan di sekitar fly over atau jalan layang.
“Posisinya masuk wilayah Kecomberan, bukan Kepompongan,” tutur Suroto.
Jarak antara posisi versi olah TKP kepolisian dengan versi Suroto antara 100 sampai 200 meter.
Tubuh Vina dan Eki berada di sebelah kanan dan di aspal atau bahu jalan raya ke arah Sumber.
Tubuh Eki terlentang dengan kepala menghadap ke arah Kalitanjung. Posisinya di dekat median jalan (trotoar pemisah).
“Saat itu sudah meninggal dunia karena diam saja dengan luka parah dan darah mengucur dari kepala. Mayat memakai helm, mengenakan jaket (XTC). Saya sempat mencopot helmnya,” tutur Suroto.
Sedangkan tubuh Vina, jaraknya sekitar 6 sampai 7 meter dari Eki ke arah Sumber. Posisinya juga terlentang dengan kepala menghadap ke arah Sumber. Tidak mengenakan helm, namun memakai jaket (XTC),” tutur Suroto.
Malam itu, Vina masih hidup, terluka parah dengan darah mengucur dari kepalanya yang terluka. Tangan kanannya bergerak-gerak. Menangis kesakitan dan terus merintih minta tolong.
“Yang wanita (Vina) masih hidup. Ia terus meminta tolong. Sama-sama luka parah. Darah mengucur dan terbawa arus air hujan deras malam itu,” tutur Suroto.
Sementara posisi sepeda motor, jaraknya sekitar 5 meter dari tubuh Vina ke arah Sumber atau sekitar 11 sampai 12 meter dari tubuh Eki.
“Lokasi tubuh saat ditemukan di wilayah Kecomberan. Yang di film (Vina Sebelum 7 Hari) itu salah. Lokasinya di Kecomberan, bukan disana (Kepompongan),” tutur Suroto.
Versi film Vina Sebelum 7 Hari, sama dengan hasil olah TKP kepolisian. Posisi Vina dan Eki di sisi kiri, di trotoar, berdekatan dan di tanjakan ujung sebelum masuk ke fly over.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.