SUARA CIREBON – Sudirman, merupakan satu dari delapan terpidana kasus kematian Vina dan Eki yang paling lemah. Ternyata ia menderita gangguan mental.
Sosok Sudirman, dalam konstruksi penanganan kasus kematian Vina dan Eki dijadikan saksi mahkota, sejak penyidikan di Polres Ciko (Cirebon Kota) hingga Polda Jabar di tahun 2016 lalu.
Pada penyidikan tahun 2024 ini yang ditangani penyidik Polda Jabar untuk tersangka Pegi Setiawan, tampkanya Sudirman kembali akan dijadikan saksi mahkota.
Dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tahun 2016, Sudirman merupakan terpidana yang mengakui perbuatan telah membunuh dan memperkosda Vina dan Eki bersama terpidana lain yang kini divonis seumur hidup.
Sosok Sudirman ini memang paling lemah diantara para terpidana kasus kematian Vina dan Eki.
Sudirman, ikut ditangkap oleh Iptu Rudiana, Kanit Narkoba Polres Ciko, pada 31 Agustus 2024 bersama enam warga Kampung Situgangga, Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.
Dari enam warga Situgangga yang diperiksa oleh Polres Ciko, Sudirman lah yang pertama mengaku membunuh setelah menjalani serangkaian tekanan fisikdi Polres Ciko.
Di tahun 2024, sosok Sudirman juga kembali menjadi sorotan. Dia dibon (dipinjam) penyidik Polda Jabar pada 22 Juni 2024 dengan alasan menjalani tes psikologi, namun sampai Jumat 27 Juni 2024, belum dipulangkan kembali ke Lapas Banceuy, tempatnya ditahan selama di Bandung.
Pihak keluarga kesulitan menemui Sudirman. Beni Indrayana, kakak kandung Sudirman bersama kedua orang tuanya, kesulitan bisa bertemu dengan adiknya itu.
Kepada Kang Dedi Mulyadi atau KDM, Beni pun menceritakan tentang adiknya. Sudirman, sering disebut idiot oleh anak-anak sebayanya.
Hal ini karena Sudirman dinilai tidak normal seperti anak lainnya. Dia mengalami keterbelakangan mental, bahkan disebut sebagai setengah gila.
“Adik saya kondisinya begitu. Orang Cirebon menyebut idiot atau oon. Kalau bicara tidak nyambung. Ada kelainan,” tutur Beni kepada KDM.
Sebagai bukti bahwa Sudirman menderita keterbelakangan mental ditunjukan dengan kelulusannya dari sekolah dasar atau SD.
“Kalau anak-anak normal, lulus SD di usia 12 tahun. Adik saya, karena ada gangguan mental, lulus SD di usia 17 tahun,” tutur Beni.
Sudirman baru dinyatakan lulus SD setelah beberapa kali tinggal kelas. Ia lulus SD Negeri Pelandakan II, Kesambi, Kota Cirebon.
Beni membenarkan bahwa Sudirman itu sebaya dengan Pegi Setiawan. Bahkan sering terlihat main bersama. Namun sekolahnya berbeda.
“Pegi itu di SD Kelandakan I, Sudirman di Kelandakan II. Namun masih satu kompleks sekolahan. Meski beda SD, namanya anak-anak satu kampung, sering terlihat main bareng dengan teman sebaya lainnya juga,” tutur Beni.
Untuk membuktikan bahwa adiknya mengalami gangguan mental, Beni menunjukan ijazah SD Sudirman. Ia lahir tahun 1995, namun lulus SD baru di tahun 2012, artinya 17 tahun baru lulus SD.
Jika normal, harusnya Sudirman lulus SD di tahun 2008. Namun kenyataannya ia baru lulus di tahun 2012, pernah tinggal kelas selama 4 kali.
“Kalau normal, lulus SD itu 6 tahun. Sedangkan Sudirman 10 tahun. Teman sebayanya sudah SMA, Sudirman baru lulus SD,” tutur Beni.
Beni pun sempat memperlihatkan ijazah kepada Kang Dedi Mulyadi (KDM) seperti terlihat dalam Kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi. Nilai kelulusannya di bawah rata-rata, 6.92 dengan durasi sekolah 10 tahun di SD.
Ada satu mata pelajaran bernilai 7, yakni Ketrampilan Tangan dan Kesenian. Lainnya, rata-rata 6, bahkan ada yang 5.
Karena keterbelakangan mental, Beni mengakui adiknya sering jadi sasaran bully anak-anak sebayanya. Sering disuruh-suruh, dan mau saja, meski kadang-kadang jadi sasaran iseng teman sebayanya.
Sudirman lahir dari seorang buruh pekerja kasar. Keluarga yang relatif miskin. Putra ke 5 dari 7 bersaudara keluarga Suratno.
Ciri-ciri Sudirman, lebih mirip Beni. Bertubuh kurus, tinggi dan berkulit bersih, relatif putih dan memiliki janggut tipis.
“Adik saya kalau di pergaulan sifatnya hanya pinggiran. Tapi dia anak yang rajin sholat. Nggak pernah ikut-ikutan seperti teman lain yang normal, apalagi menjadi anggota geng motor,” tutur Beni.
Ayah Sudirman, Suratno menuturkan, anaknya itu relatif jarang bergaul. Lebih banyak di rumah. Kalaupun pergi, biasanya ke mushola untuk sholat, juga ga pernah pulang malam.
“Saat ditangkap polisi di rumah, Sudirman malah baru belajar naik motor. Belum lancar.” tutur Suratno.
Suratno menceritakan bagaimana Sudirman mengaku terpaksa mengaku karena menjalani penyiksaan di kantor Polres Ciko.
“Kalau saya tanya, dia selalu bilang dipaksa mengaku melakukan pembunuhan,” tutur Suratno yang berharap anaknya yang tidak bersalah dibebaskan.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.