SUARA CIREBON – Nasrudin merupakan sosok yang baru muncul dalam kasus Vina Cirebon. Ia kini menjadi perhatian publik setelah pengakuannya menyaksikan kecelakaan tunggal di fly over Kepompongan, Talun, Kabupaten Cirebon.
Kecelakaan tunggal itu menimpa dua sejoli, sepasang remaja. Terjadi sekitar pukul 22.00 WIB, Sabtu malam, 27 Agustus 2016 di fly over Kepompongan.
Setelah melihat kecelakaan tunggal itu, Nasrudin tidak terlalu memperhatikan peristiwa delapan tahun tersebut.
Sampai kemudian, setelah tayang film “Vina Sebelum 7 Hari”, kasus Vina Cirebon muncul kembali dan menarik perhatian hampir seluruh masyarakat di Indonesia.
Nasrudin pun akhirnya mengikuti perkembangan beritanya. Sampai kemudian ia mengaku terheran-heran dengan apa yang terjadi kemudian.
“Saat tahun 2016, saya lihat hanya kecelakaan biasa. Tidak menjadi perhatian. Tapi sekarang kemali muncul. Saya baru tahu kalau kecelakaan itu berubah menjadi pembunuhan dan pemerkosaan, terus ada yang dipenjara seumur hidup,” tutur Nasrudin.
Karena itulah, Nasrudin mengaku hatinya tergerak. Ia terpanggil setelah memastikan bahwa peristiwa yang dilihatnya pada Sabtu malam 27 Agustus 2016 di fly over adalah kecelakaan tunggal.
“Saya tergerak justru setelah kasusnya viral. Tadinya, saya tidak terlalu memperhatikan. Hanya kecelakaan biasa. Tapi koq sekarang ternyata kasusnya berubah jadi pembunuhan dan pemerkosaan,” tutur Nasrudin.
Nasrudin mengaku sempat memotret suasana setelah kecelakaan terjadi di fly over. Belakangan, handphone (HP) yang dipakai untuk memotret kebetulan tersimpan rapi di rumahnya di Tangerang dan telah diketemukan.
“HP merk Nokia. Saya malam itu sempat memotret suasana setelah kecelakaan. HP kini saya serahkan ke Bu Titin untuk dibuka ke ahli HP di Jakarta. Mudah-mudahan bisa hidup dan foto-fotonya bisa diselamatkan,” tutur Nasrudin.
Nasrudin mengaku pada Sabtu malam itu (27 Agustus 2016), dalam suasana gerimis setelah hujan pada sore harinya, ia jalan kaki dalam perjalanan menuju Kota Cirebon dari Sumber.
“Saya baru menambal bola di Sumber. Pulang jalan kaki ke arah Kota Cirebon. Kebetulan melewati fly over Kepompongan,” tutur Nasrudin.
Nasrudin merupakan pria asal Cianjur, namun pernah tinggal lama di Tangerang. Ia pernah berprofesi sebagai tukang tambal bola, kini mejadi pelatih di sebuah klub sepakbola di Cianjur.
Tahun 2016 lalu, Nasrudin berada di Cirebon untuk menambal bola. Wilayah kerjanya meliputi Kota dan Kabupaten Cirebon serta Indramayu.
“Saya berkeliling untuk nambal bola. Dari sekolah ke sekolah dan lapangan futsal. Alhamdulillah saat itu pelanggan saya banyak di Cirebon dan Indramayu,” tutur Nasrudin.
Selama di Cirebon, Nasrudin memilih tinggal dan tidur di mushola di areal Makam Sunan Gunung Jati. Ia sering menitipkan barang kepada salah seorang warga. Nasrudin juga terlihat sering menambal bola di tempatnya tinggal di pemukiman sekitar Makam Gunung Jati.
Pada Sabtu malam tanggal 27 Agustus 2016, Nasrudin mengaku dapat order menambal bola di daerah Sumber, kecamatan yang menjadi Ibukota Kabupaten Cirebon.
Dari Sumber, lalu Nasrudin pulang jalan kaki sendirian ke arah Kota Cirebon menuju tempatnya tinggal di Makam Sunan Gunung Jati.
“Malam itu itu setelah hujan lebat sore harinya, malam masih gerimis kecil. Sampailah saya di fly over. Saya melihat di depan saya ada laki-laki sendirian. Saya takut karena mengira itu begal,” tutur Nasrudin.
Karena ada pria di depannya, Nasrudin sempat berhenti di tengah fly over sambil merokok. Ia berharap fly over ramai supaya dia bisa melewati orang di depannya yang disebutkan berpenampilan dekil dan berambut gondrong.
“Saya berhenti sambil merokok. Nunggu ramai supaya saya bisa melewati orang itu. Saat itu sepi dan agak gelap. Saya nunggu ramai terus saya lewat,” tutur Nasrudin.
Pada saat berhenti itu, Nasrudin melihat dari arah Kota Cirebon, sebuah sepeda motor, sendirian, meluncur sangat kencang naik ke fly over ke arah Sumber.
Tak hanya ngebut, tapi sepeda motor itu jalannya zigzag, standing dan jumping. Hanya beberapa detik, setelah zigzag beberapa kali sambil jumping, sepeda motor menabrak pembatas jalan.
“Penumpangnya laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki pakai helm, terpental, kepalanya menghantam tiang lampu jalan. Yang perempuan terlempar ke aspal jalan,” tutur Nasrudin.
Setelah kecelakaan, Nasrudin melihat pria gondrong di depannya sempat mendekati tempat kecelakaan. Lalu ada sepeda motor berboncengan dari arah Sumber, berhenti terus pergi.
“Setelah itu ada beberapa orang lain. Saya dengar ada yang meminta agar segera memanggil polisi,” tutur Nasrudin.
Nasrudin mengaku sempat mengabadikan situasi sesaat kecelakaan dengan memotret lewat Handphone (HP) Nokianya.
“Saya foto-foto sesaat setelah terjadi kecelakaan itu. Baik korban maupun orang-orang yang mendekati korban,” tutur Nasrudin.
Nasrudin sendiri sempat mengaku ‘lega’. Sebab setelah terjadi kecelakaan, fly over Kepompongan yang sepi sempat ramai. apalagi setelah ada anggota polisi datang.
“Saya sempat lega karena fly over yang sepi jadi ramai. Saya tidak takut lagi. Setelah mengambil foto, saya melanjutkan perjalanan ke arah kota Cirebon,” tutur Nasrudin.
Nasrudin mengaku sempat bercerita ke pemilik rumah tempat ia tinggal di kawasan Makam Sunan Gunung Jati. Namun saat itu ia mengaku cerita biasa saja.
“Saat itu kami menganggapnya biasa. Kecelakaan juga sering terjadi dimana-mana. Saya tidak tahu kalau kasus itu berubah menjadi pembunuhan dan pemerkosaan,” tutur Nasrudin.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.