SUARA CIREBON- Sinar matahari pada Sabtu sore, 21 September 2024 sekira pukul 15.00 WIB masih terasa menyengat kulit. Jalan beton di ruas jalan poros Desa Prajawinangun Kulon, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon pun masih terasa membakar telapak kaki.
Namun kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat masyarakat setempat untuk mengikuti pawai karnaval tahun ini. Masyarakat dari berbagai kelompok peserta tengah mempersiapkan hasil karya seni mereka untuk ditampilkan dalam arak-arakan yang dimulai selepas Isya atau sekira pukul 19.30 WIB.
Aktifitas yang dilakukan hingga memadati ruas jalan tersebut, untuk memastikan posisi star masing-masing kelompok sesuai dengan nomor urut yang telah ditentukan oleh panitia, termasuk melakukan pengecekan sound system.
Selepas Isya, sesuai jadwal yang ditentukan, iring-iringan puluhan replika hewan pun dimulai. Ruas jalan yang menjadi rute kirab budaya tersebut langsung dipadati pengunjung yang datang tidak hanya dari desa setempat, tapi juga masyarakat dari berbagai desa di kecamatan sekitar Kecamatan Kaliwedi.
Dentuman musik hingga berkekuatan lebih dari 85 desibel dari setiap kelompok peserta pawai karnaval, ditambah dengan cahaya lampu warna-warni, semakin menambah suasana pesta rakyat itu menjadi hingar bingar.
Wakil Ketua Panitia Karnaval Desa Prajawinangun Kulon, Hendro, mengatakan, karnaval budaya tersebut digelar dalam rangka meramaikan peringatan Maulid Nabi atau yang lazim disebut Muludan. Ia mengatakan, pesta rakyat tahunan dalam rangka Muludan tahun ini merupakan gelaran tahun ke tiga di masa kepemimpinan Kuwu Prajawinangun Kulon, Iswadi.
Menurut Hendro, masyarakat di desanya tampak semakin antusias mengikuti tradisi Muludan dari tahun ke tahun. Bahkan, kata Hendro, momen tersebut juga menjadi ajang bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk menampilkan kreasi terbaik berupa replika hewan dari berbagai jenis.
“Masyarakat sini menyebut kreasi tersebut dengan “gawe-gawean. Kemudian hasil gawe-gawean dari berbagai kelompok itu ditampilkan di setiap perayaan Muludan seperti yang dilakukan dalam Muludan kali ini,” ujar Hendro usai kegiatan, Sabtu, 21 September 2024.
Tahun ini, lanjut Hendro, ada lebih dari 30 kelompok yang meramaikan kegiatan tersebut. Setiap kelompok menampilkan replika hewan yang beragam mulai dari naga, kelinci, macan, kelelawar, ular, kuda, serigala, kura-kura, burung merak, jerapah dan masih banyak lagi.
Bahkan, sebagian besar replika hewan tersebut dibuat seperti hidup. Replika naga dan pegasus misalnya, bisa menyemburkan asap dan mengepakkan sayap. Kemudian replika kelinci, bagian kepalanya bisa bergerak kanan kiri dengan mata merah yang bisa berkedip pula.
Ia menyampaikan, pawai juga diramaikan oleh kelompok peserta yang melakukan atraksi pecut api dan ketangkasan api serta penampilan atraktif liong.
“Replika hewan-hewan tersebut dibuat sendiri oleh masing-masing kelompok. Itu terbuat dari kayu atau bambu, kardus, cat, karet dan bahan lainnya. Lama proses pembuatannya sendiri rerata sekitar satu bulan dan dibuat dengan ukuran raksasa,” paparnya.
Sementara, Ketua RT 16 Desa Prajawinangun Kulon, Abdul Hakim menambahkan, tradisi karnaval budaya di desanya sudah ada sejak tahun 70-80 an. Setelah vakum selama puluhan tahun, belakangan ini tradisi tersebut mulai dihidupkan kembali.
Pihaknya pun mengapresiasi antusiasme masyarakat yang ingin terlibat dalam pelaksanaan karnaval Muludan dalam tiga tahun belakangan ini. Abdul hakim menyebut, nilai positif dari kegiatan tersebut adalah kebersamaan dan gotong-royong yang semakin kuat.
“Replika hewan yang dibuat itu hasil dari swadaya dan kerja sama setiap kelompok. Jadi, momen ini menjadi ajang untuk memperkuat persatuan juga. Karena semua membaur jadi satu, guyub dan kompak,” ungkapnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.