SUARA CIREBON – Sedikitnya ada 25 ribu ton garam produksi petani di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon menumpuk.
Meskipun dihargai sangat rendah, namun garam tersebut tak terserap akibat rendahnya serapan dari industru dalam negeri terhadap garam lokal.
Data dari petani, memasuki pekan ketiga November 2024, harga garam terus turun. Kini dihargai hanya Rp.400 per kilogram.
“Meski harga sudah Rp. 400 per kg, tapi tidak laku juga.Tidak terserap industri,” tutur Udin (49 tahun), salah satu petani di Rawaurip.
Rawaurip merupakan salah satu desa sentra garam terbesar di Pangenan dan Cirebon. Sejak kemarau panjang, produksi melimpah.
Akibatnya harga yang semula di kisaran Rp. 1000 per kg, kini terus anjlok. Hingga terkini dihargai Rp.400 per kg.
Di Cirebon, diperkirakan terdapat ratusan ribu garam yang menumpuk. Jika di Rawaurip saja,dalam satu desa ada 25 ribu ton.
Sentra penghasil garam tersebar di sejumlah kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten Cirebon seperti Pangenan, Mundu, Losari dan Kapetakan.
Kuwu Rawaurip, Rochmannur meminta pemerintah bisa mengarahkan agar industri dalam negeri wajib menyerap garam lokal petani di Cirebon.
“Kalau tidak ada campur tangan pemerintah,garam ini bakal tidak laku. Petani jelas rugi besar,” tutur dia.
Menurutnya, tidak terserapnya garam lokal diduga akibat masuknya garam impor. Karena itu, pihak industri lebih memilih garam impor.
“Untuk melindungi garam lokal, pemerintah mesti tegas. Tutup keran impor ketika produksi dalam negeri lagi banyak seperti sekarang,” tuturnya.
Rochamnnur yang juga berlatar belakang petani garam, mempertanyakan konsistensi pemerintah dalam menjalankan Peraturan Presiden atau Perpres Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional.
“Konsistensi pemerintah dalam Perpres tentu dipertanyakan.Perpres itu diantaranya bertujuan melindungi garam nasional. Yang terjadi, sampai sekarang belum efektif,” tuturnya.
Belum efektifnya Perpres itu bisa terlihat dari menumpuknya ratusan ribu ton garam lokal yang diproduksi petani Cirebon termasuk Rawaurip.
“Kalau Perpres itu konsisten dan efektif, harusnya tidak perlu ada penumpukan garam seperti sekarang ini,” tuturnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.