SUARA CIREBON – Popularitas Lucky Hakim dan insiden penghadangan menurut pengamat politik KH Amsori menjadi faktor signifikan rontoknya perolehan suara petahana Nina Agustina pada Pemilihan Bupati atau Pilbub Indramayu 2024.
Popularitas Lucky Hakim sebenarnya faktor terbesar yang menjadi penyebab kemenangan pasangan yang diusung PKS, Nasdem serta sejumlah parpol non parlemen.
Lucky dinilai punya kemampuan menjaga tingkat popularitasnya selama lima tahun terakhir, sejak dirinya kembali ke kampung halamannya di Indramayu.
“Dari dulu opini publik yang terbentuk kemenangan pasangan Nina – Lucky di tahun 2019 karena tingginya popularitas Lucky Hakim,” tutur Amsori, Sabtu 30 November 2024.
Pada Pilbup 2024 ini terbukti.Nina Agustina, kendati petahana, sangat sulit menghadapi rival dengan tingkat popularitas yang tinggi tersebut.
Selain itu, ada momentum penting dimana Lucky hakim langsung memperoleh simpati dari masyarakat, yakni ketika tahun 2021 akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Wakil Bupati Indramayu.
“Mundurnya Lucky menjadi momentum kuat dimana masyarakat Indramayu menyimpan memori itu sebagai bentuk penzaliman. Kita tidak tahu persis penyebabnya apa dia mundur, tapi publik menangkapnya kalau Lucky itu dizalimi,” tutur Amsori.
Mundurnya Lucky sebagai Wabup sebenarnya menjadi titik awal minornya opnini publik yang terbentuk terhadap Nina Agustina.
“Nina sepertinya tidak memiliki tim komunikasi yang baik yang bisa menjembatani apa yang sebenarnya terjadi di balik mundurnya Lucky. Kesannya Nina reaktif. Publik melihatnya secara minor. Ada yang keliru pada tim komunikasinya,” tutur Amsori.
Opini minor terhadap Nina itu terus berlangsung sampai memasuki Pilkada 2024. Tanpa ada yang berupaya membalikan persepsi negatif itu menjadi lebih moderat atau bahkan positif.
Puncaknya ialah momentum politik berupa insiden penghadangan di Sumur Adem, Kecamatan Sukra pada awal November 2024 lalu.
Reaksi Nina hingga sampai videonya yang viral menjadi sangat kontra produktif bagi kepentingan elektoral sang petahana.
“Kalau saya lihat penjelasan Nina, bahwa penghadangan ini sudah berkali-kali. Harusnya ada tim yang memberitahu kalau beliau sedang dipancing kemarahannya. Selama ini kan, muncul opini publik bahwa Nina itu temperamental. Sisi lemah ini yang sedang dipancing, akhirnya keluar juga,” tutur Amsori.
Insiden penghadangan ini benar-benar merontokan opini positif dari Nina yang diakui, dalam 3,5 tahun terakhir, sebenarnya cukup memberi banyak perubahan di Indramayu.
“Harus diakui, Nina bisa dibilang relatif sukses. Hanya memerintah 3,5 tahun, belum lagi dihantam pandemi Covid 19, namun cukup membawa perubahan. Khan status Indramayu termiskin di Jabar itu sudah sejak tahun 90an. Kalau tiba-tiba dibebankan ke Nina yang hanya 3,5 tahun dan dihantam Covid 19, rasanya kurang fair,” tutur Amsori.
Amsori menilai, kurangnya tim komunikasi yang bisa membuka kanal-kanal informasi kepada masyarakat menjadi satu kelemahan Nina.
“Di sisi lain, Lucky yang memang seorang artis, dia memiliki kecakapan dan performa natural yang memudahkannya membangun citra diri. Segimik apapun dari Lucky, akan dinilai positif oleh warga. Di era digital, artis memang memiliki keistimewaan sosial dan akhirnya dikapitalisasi menjadi previlise politik,” tutur Amsori.
Amsori berharap, Lucky yang sudah di depan mata bakal menjadi Bupati Indramayu, ia harus menjalankan banyak peran menyejarahnya untuk membuktikan bahwa dia menang bukan hanya karena keartisan dan modal natural (ganteng dan good looking), tetapi karena memang memiliki kemampuan membawa Indramayu ke arah yang lebih baik.
“Saya sih berharap, Lucky membangun Indramayu secara substansial, tidak dengan gimik. Sudah selesai lah gimik-gimik itu, sekarang saatnya membuktikan,” tutur Amsori.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.