SUARA CIREBON – Tangis bahagia pecah saat pihak keluarga menyambut Tarsinah (40) yang kembali pulang ke kampung halaman di Blok Karang Turu, RT 02 RW 04 Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, usai 23 tahun menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dalam hal ini tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia, Rabu, 8 Januari 2025.
Kepergian Tarsinah ke Malaysia pada tahun 2002 lalu, memang tanpa kendala. Namun, pada tahun 2004, Tarsinah dikabarkan meninggal dunia di negeri jiran tersebut, sehingga pihak keluarga pun menggelar yasinan dan tahlilan sebagai upaya untuk mendoakan.
Namun, bak mimpi di siang bolong, Tarsinah, tiba-tiba ditemukan oleh jaringan pekerja migran di bawah otoritas Pemerintah Indonesia di Malaysia. Setelah dinyakini, sosok yang dimaksud, dilakukan upaya penjemputan Tarsinah untuk dipulangkan ke tanah kelahirannya.
Kedatangan Tarsinah ke Desa Gebang Ilir tak hanya disambut pihak keluargam namun juga jajaran pemerintah desa (pemdes) setempat. Ratusan warga sekaligus tetangga Tarsinah telah sejak pagi hari memadati halaman rumah Orang tua Tarsinah, Sanah.
Saat Tarsinah turun dari mobil, seketika tangisan bahagia pun pecah. Tak hanya pihak keluarga, ratusan masyarakat yang ikut menyambut kedatangan Tarisnah pun banyak yang ikut menetaskan air mata haru.
Orang tua Tarsinah, Sanah, mengungkapkan, kedatangan anaknya tersebut ibarat mimpi di siang bolong. Pasalnya, sudah puluhan tahun anaknya dinyatakan telah meninggal dunia di Malaysia.
“Ibu sangat bahagia, alhamdulillah anak saya pulang,” ujar Sanah dengan suara bergetar, matanya sembab karena tangis haru.
Bahagia dengan kepulangan Tarsinah, keluarga menggelar tradisi curak atau saweran yakni melempar/nyebar uang koin ke udara untuk diperebutkan masyarakat.
Adik Tarsinah, Waenah (33) yang ikut menjemput di Bandara Soekarno-Hatta, mengungkapkan betapa besar kebahagiaan yang dirasakan keluarganya. Kebahagiaan yang sangat besar tersebut menurutnya hingga tak bisa diceritakan.
“Kami keluarga sangat menanti sudah 23 tahun, akhirnya bisa ketemu. Saya sangat sedih dan terharu juga bahagia,” ucap Waenah.
Menurut Waenah, selama 23 tahun, keluarga hanya bisa menggantungkan harapan pada doa. Bahkan, saat isu kematian Tarsinah beredar, keluarga tetap yakin yang bersangkutan masih hidup.
“Sempat juga keluarga mau dikasih uang santunan Jasa Raharja, cuma kami nggak mau karena masih meyakini kakak saya masih hidup,” jelas dia.
Di tengah kepulangannya, Tarsinah hanya mampu menatap kosong, seolah tak percaya dirinya benar-benar telah Kembali ke kampung halaman.
“Setelah pulang, bahagia berjumpa dengan keluarga, pokoknya banyak-banyak bahagia,” kata Tarsinah, singkat.
Kepulangan Tarsinah tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa.
“Kami berterima kasih kepada pemerintah Desa Gebang Ilir, Pak Kuwu, Bu Kuwu dan Pak Ulis, semuanya yang sudah membantu proses kepulangan kakak saya,” kata Waenah.
Sementara Kuwu Gebang Ilir, Subandi menyampaikan, awal mula informasi keberadaan Tarsinah pertama kali didapat pada Mei 2024 dari jaringan pemerintahan.
Saat mendapat informasi tersebut dirinya meminta bantuan kepada Abdul Rohman, Sekretaris Desa yang juga menjadi Sekretaris DPC Serikat Buruh Migran Kabupaten Cirebon untuk mencari tahu keberadaan Tarsinah, dengan menghubungi beberapa pihak.
Akhirnya Rohman mendapat kiriman foto berisi wajah yang didugaTarsinah. Setelah dikroscek ke keluarga, seluruh keluarga meyakini bahwa foto tersebut adalah Tarsinah yang telah 23 tahun bekerja di Malaysia.
“Info awal di saat dari warga bandung yang punya suami di Malaysia, bahwa ada PMI di Malaysia asal Cirebon Gebang Ilir yang tidak pernah pulang. Orang itu kirim foto dan kami cek ke keluarga, dan ternyata benar, orang dalam foto adalah Tarsinah. Selanjutnya kami urus kepulangan Tarsinah,” kata Subandi.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.