SUARA CIREBON – Keterbatasan fisik tak menghalangi semangat pelukis kaca asal Gegesik Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Kusdono Rastika (44), untuk terus berkarya.
Komitmen Kusdono Rastika mempertahankan budaya khas Cirebon dalam setiap karya lukisnya, tak pernah redup.
Kepiawaiannya menggoreskan cat di atas kaca hingga menghasilkan lukisan dengan karakter pewayangan khas Cirebon ini, telah mendapat tempat di hati pecinta seni lukis dari berbagai kalangan, termasuk para pejabat tinggi negara.
Bahkan, hasil karya penyandang disabilitas tersebut juga telah banyak dipesan oleh sejumlah negara di benua Amerika dan Eropa.
Selain menghiasi pameran di sejumlah daerah di Indonesia, beberapa karya monumental Kusdono juga terpajang di arena Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Istana Negara.
Kepada Suara Cirebon, anak dari Rastika yang merupakan seorang maestro lukisan kaca Cirebon ini mengaku sudah sejak lama berkecimpung dalam dunia seni rupa lukisan kaca. Sejak kecil, Kusdono sudah menyukai dunia menggambar.
Ia mengatakan, saat berusia 14 tahun ia mulai mendapat bimbingan melukis di atas kaca dari ayahnya yakni Rastika.
“Waktu itu saya dibimbing langsung sama bapak saya untuk membuat pola gambar dan pencampuran warna dasar untuk menciptakan sejumlah warna,” kata Kusdono, Senin, 27 Januari 2025.
Untuk mengerjakan lukisan kaca, Kusdono mengaku cukup lama mempelajarinya hingga membutuhkan waktu kurang lebih enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, ia intens mempelajari pola dan pencampuran warnanya.
Menurut Kusdono, melukis di atas kaca memiliki tingkat kesulitan tersendiri jika dibandingkan dengan melukis di atas kanvas.
“Hal yang membedakan tingkat kesulitan pada lukisan ini, karena langsung melukis di atas kaca, itu yang membuat kesulitan sendiri,” terangnya.
Penggunaan cat dalam seni melukis di atas kaca yang masih ia tekuni hingga saat ini, hanya menggunakan cat besi. Cat tersebut dipilih karena memiliki ketahanan yang cukup baik.
Untuk bisa menyelesaikan lukisan kaca berukuran 30×40 cm dengan motif yang sederhana, dibutuhkan waktu selama satu hari.
“Kalau motifnya sederhana bisa saya selesaikan satu hari,” tukasnya.
Sedangkan untuk motif pesanan custom dari pembeli, diakui Kusdono memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Sehingga proses pengerjaannya pun cukup lama, hingga bisa mencapai satu bulan lamanya.
“Untuk motif yang diminta langsung oleh pembeli, terkadang motif yang diminta memiliki tingkat kesulitan tersendiri dan paling susah. Proses pengerjaannya juga bisa mencapai satu bulan, karena harus dikerjakan secara detil,” paparnya.
Menurut Kusdono, lukisan kaca hasil karyanya ini bertemakan klasik dengan memunculkan tokoh pewayangan asli Cirebon di dalamnya.
Di setiap lukisan dengan karakter pewayangan tersebut, ia juga selalu memunculkan ornamen-ornamen khas Cirebon, di antaranya motif mega mendung.
“Saya selalu pilih tema klasik, karena saya ingin melestarikan gaya lukisan asli Cirebon yang memang sekarang sudah mulai ditinggalkan,” tegasnya.
Selama menggeluti lukisan kaca, ia telah menerima banyak pesanan dari sejumlah tokoh Indonesia sejak zaman Presiden Soeharto dulu.
Kala itu, Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan VI dan Kepala Rumah Tangga Istana Presiden, Joop Ave meminta secara langsung kepada dirinya untuk dibuatkan lukisan kaca.
Selain itu, sejumlah tokoh besar Indonesia lainnya seperti Menteri BUMN, Rini Sumarno, Ganjar Pranowo, Sandiaga Salahuddin Uno, Bupati Cirebon Imron Rosyadi hingga Presiden ke 7 Joko Widodo (Jokowi) juga pernah meminta secara langsung kepadanya untuk dibuatkan lukisan kaca.
“Karya saya sudah tembus di pasar internasional, dipesan oleh sejumlah negara di antaranya Amerika dan Eropa,” ungkapnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.