SUARA CIREBON – Batik Cirebon. Minat generasi muda Kabupaten Cirebon dalam membatik sangat rendah. Mereka lebih memilih mencari pekerjaan di luar kota mengejar penghasilan yang besar.
Akibatnya, generasi pembuat batik di daerah sentra batik Cirebon seperti Desa Trusmi, Desa Trusmi Kulon, Wotgali, Gamel, Kalitengah dan sekitarnya, terus berkurang.
Pembatik asal Kecamatan Tengahtani, Fatonah, mengatakan, salah satu alasan generasi muda enggan menjadi pembatik adalah karena penghasilan dari upah membatik yang kecil (rendah). Alasan tersebut ia ketahui dari anaknya yang sudah dewasa ketika diajak untuk bekerja sebagai pembatik.
Fatinah mengatakan, anaknya lebih memilih merantau untuk mencari pekerjaan yang gaji/upahnya lebih besar.
“Membatik itu kotor dan dapat (upah, red)-nya kecil. Tapi itu memang benar, jadi pembatik itu penghasilannya minim. Saya sendiri bisa tujuh kain sehari, upahnya di bawah Rp100 ribu,” ujar Fatonah, Rabu, 29 Januari 2025.
Untuk menarik minat generasi muda dalam membatik, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon pun menawarkan teknik batik merawit yang telah resmi mendapat sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM, sejak 4 November 2024.
Dimana ketika IG sudah ditetapkan, maka dalam setiap batik tersebut ada QR barcode yang memunculkan nama pembatik, motif batik hingga pihak yang berperan dalam membatik.
“Poinnya adalah, indikasi geografis memberikan rupiah terhadap pembatik,” ujar Pj Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya.
Itu artinya, pembatik tidak hanya dibayar tetapi pembatik juga mendapatkan hak saat karya batiknya terjual. Dengan demikian, ada nilai ekonomi yang lebih untuk memberikan semangat pembatik dan menarik minat generasi muda.
Semakin banyak batik yang terjual, maka akan semakin meningkat pula ekonomi pembatik.
“Dengan cara ini mudah-mudahan generasi muda tertarik, karena dari sisi ekonomi dihargai. Setiap karya yang dibuat juga dihargai sehingga memberikan income yang lebih,” kata Wahyu Mijaya.
Menurut Wahyu, pihaknya sudah berkomunikasi dengan komunitas batik dari generasi muda yang aktif membatik. Ia berharap apa yang dilakukan Pemkab Cirebon ini dapat menarik generasi muda dalam membatik.
Seperti diketahui, Desa Trusmi di Kabupaten Cirebon dikenal sebagai salah satu daerah yang memproduksi batik tulis dengan motif khas yang tidak dimiliki daerah lain. Salah satu motif batik khas Cirebon adalah mega mendung yang telah dikenal hingga mancanegara.
Seiring waktu, perajin batik tidak hanya terpusat di Desa Trusmi, namun makin berkembang ke desa-desa sekitar, seperti Desa Gamel, Wotgali, Kalitengah, Kalibaru dan Desa Penambahan.
Selain batik tulis megamendung, sejumlah motif batik khas Cirebon juga telah dikenal luas, di antaranya motif singabarong, taman arum, panji semiring, rajeg wesi dan motif lainnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.