SUARA CIREBON – Masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Cirebon berharap adanya upaya penanganan dari pemerintah terkait bencana banjir rob yang kerap melanda hingga daerah permukiman.
Tokoh nelayan asal Desa Gebangmekar, Kecamatan Gebang, Durji, mengatakan, akhir-akhir ini masyarakat pesisir pantai sering dirisaukan dengan adanya banjir rob yang datang setiap pertengahan bulan (kalender hijriah, red). Menurut Durji, kondisi itu terjadi akibat gravitasi bulan dan matahari terhadap bumi yang lebih besar saat pertengahan bulan hijriah.
“Rob atau air pasang kan sebenarnya fenomena alam, dimana air laut meninggi akibat adanya gravitasi bulan. Yang menjadi masalah bagi kami warga di pesisir adalah saat air rob ini masuk hingga ke permukiman. Ini tidak hanya mengganggu dan membuat tidak nyaman, tapi juga merusak infrastruktur karena air yang masuk ke permukiman mengandung garam,” kata Durji, Kamis, 22 Mei 2025.
Menurutnya, hal ini terjadi karena kombinasi faktor alam seperti pasang surut air laut, tekanan udara, dan angin, serta faktor manusia seperti penurunan muka tanah, erosi pantai, dan kerusakan hutan mangrove.
“Dulu masyarakat pesisir (nelayan), banjir rob biasanya ada di pertengahan bulan Agustus – September. Karena di dua bulan ini cuaca panas, suhunya bisa mencapai 25 °C – 32°C bahkan lebih,“ ungkapnya.
Durji menjelaskan, saat posisi bulan, matahari dan bumi sejajar secara bersamaan, air laut meningkat pasang dan menimbulkan banjir rob.
“Masyarakat nelayan biasa menyebutnya mangsa peteruh (pasang purnama). Tapi sekarang banjir rob tidak dapat diprediksi, sering kali terjadi bukan saja di bulan tertentu, melainkan hampir di tiap pertengahan bulan, ini fakta,” tegasnya.
Bahkan, imbuh Durji, berdasarkan laporan BMKG, banjir rob yang sering terjadi bukan saja disebabkan oleh gravitasi bulan dan matahari terhadap bumi, namun juga disebabkan pemanasan global sehingga kutub utara dan kutub selatan gletsernya mencair sehingga menghasilkan volume air meningkat dan terjadilah air pasang atau banjir rob.
“Banjir rob tidak dapat dihindari. Dampaknya masyarakat akan sangat merugi. Contohnya seperti tanggul tambak budidaya banyak yang jebol, akses jalan tidak dapat dilewati karena faktor banjir, aktivitas penduduk terhambat bahkan rumah banyak yang terendak,” ujar Durji.
Menurut Durji, masyarakat pesisir berharap agar banjir rob yang terjadi tidak sampai ke permukiman penduduk, salah satunya melalui pembangunan infrastruktur bangunan tembok penahan ombak dan pengelolaan ekosistem pesisir.
“Tentunya dalam menghadapi persoalan ini tidak lepas dari adanya dukungan dan peran serta pemerintah dalam mengantisipasi sedini mungkin, agar persoalan banjir rob dapat diminimalisir. Bila harapan ini terealisasi, maka masyarakat pesisir akan sangat merasa senang dan tenang,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















