SUARA CIREBON – Gempa tektonik kembali mengguncang Kabupaten Karawang, Senin, 25 Agustus 2025 dinihari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa berkekuatan Magnitudo 3,2 itu terjadi pada pukul 03.27 WIB.
Pusat sumber gempa diketahui berada di darat pada jarak 15 kilometer arah tenggara dari pusat Kabupaten Bekasi. Kedalaman sumber gempa itu tergolong dangkal, yakni hanya empat kilometer.
“Gempa akibat aktivitas sesar naik busur belakang Jawa Barat (West Java back arc thrust),” kata Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Hartanto lewat keterangan yang dibagikannya pasca-gempa.
BMKG menyatakan gempa itu merupakan bagian dari rangkaian gempa bumi susulan dari gempa utama Magnitudo 4,7, pada Rabu, 20 Agustus 2025 malam lalu, yang mengguncang Kabupaten Bekasi dan Karawang.
Menurut BMKG, pemicu gempa adalah aktivitas Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat –yang lebih dikenal sebagai Sesar Baribis– segmen Citarum.
Meskipun gempa tersebut tidak menimbulkan berdampak berarti di Kabupaten Cirebon, namun masyarakat tetap diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama yang tinggal di wilayah rawan menyusul keberadaan Sesar Baribis yang membentang dari Karawang hingga ke wilayah timur Jawa Barat.
Sub Koordinator Kebencanaan Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Juwanda, membenarkan, Sesar Baribis melintasi sejumlah daerah di Kabupaten Cirebon, hingga berujung di wilayah Kecamatan Karangsembung.
Menurut Juwanda, Sesar Baribis yang terbentang dari Karawang hingga wilayah timur Kabupaten Cirebon ini melintasi sejumlah wilayah lainnya di Kabupaten Cirebon.
Selain di wilayah Kecamatan Karangsembung, sejumlah kecamatan lain yang dilintasi jalur Sesar Baribis di Kabupaten Cirebon ini meliputi Kecamatan Astanajapura, Sumber, dan Kecamatan Dukupuntang.
Dari wilayah Kecamatan Dukupuntang, Sesar Baribis terus memanjang ke arah Kabupaten Majalengka.
“Sesar Baribis terbentang dari Karawang, melintasi Kabupaten Cirebon sampai di Kecamatan Karangsembung,” kata Juwanda, Senin, 25 Agustus 2025.
Sebagai langkah mitigasi, lanjut Juwanda, BPBD bersama tim peneliti dari Universitas Padjadjaran (Unpad) telah melakukan pemetaan serta membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) di Karangsembung sejak tahun lalu.
Upaya tersebut diperkuat dengan pelatihan Satuan Tugas (Satgas) kebencanaan sebagai kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa.
“Satgas yang sudah dibentuk, dilatih secara khusus untuk menghadapi kemungkinan bencana akibat pergerakan Sesar Baribis. Gempa yang terjadi di Bekasi dan Karawang tidak berdampak ke sini. Mudah-mudahan di Kabupaten Cirebon tidak terjadi gempa,” harapnya.
Meski gempa yang sempat terjadi di wilayah Bekasi tidak menimbulkan dampak berarti di Kabupaten Cirebon, masyarakat tetap diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama yang tinggal di wilayah rawan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon juga telah mengeluarkan surat peringatan dini sebagai langkah antisipasi.
“Kami harap masyarakat memahami langkah-langkah penyelamatan diri jika sewaktu-waktu terjadi gempa,” ungkapnya.
Sesar merupakan patahan yang suatu saat bisa aktif, namun tidak bisa diprediksi kecepatan pergerakannya, tergantung bobot dan retakan yang bergeser.
“Jadi, yang namanya magnitudo itu kita tidak tahu, tergantung bobot dan retakan yang bergesernya. Pergeseran patahan atau Sesar Baribis itu disebabkan karena ada pemicu, dalam hal ini tindihan atau beban di atasnya,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















