SUARA CIREBON – Peserta didik di Sekolah Rakyat (SR) Terintegrasi Iyang berlokasi di Jalan Pronggol, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon mengeluhkan kepanasan.
Keluhan itu disampaikan saat Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon, Fitrah Malik bersama Komisi III DPRD Kota Cirebon melakukan peninjauan ke Sekolah Rakyat Terintegrasi I, belum lama ini.
Mereka, di depan para legislatif itu menyampaikan keluhan bahwa mereka kepanasan, baik di kelas maupun di asrama.
“Panas pak, pasang ac, supaya adem, kipas aja mah enggak cukup,” ujar salah satu peserta didik saat ditanya kondisi mereka oleh para legislatif itu.
Pada kesempatan itu, Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon, Fitrah Malik menyampaikan, secara kasat mata, sarana dan prasarana di SR ini sudah seusai dengan standar Kementerian Sosial.
“Sarana Prasarana, kalau dari Kementerian Sosial nya ini sudah ada standarnya. Tapi mereka mengeluhkan kepanasan memang butuh AC,” katanya.
Politisi Gerindra itu menyampaikan merupakan salah satu program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Meski begitu, ke depan DPRD akan melakukan rapat kerja untuk membahas lebih lanjut mekanisme pelaksanaan Sekolah Rakyat.
Mengingat, sejumlah hal masih perlu ada peningkatan seperti ruangan asrama dan kamar mandi yang terbatas, hingga infrastruktur lain yang perlu dioptimalkan.
“Selanjutnya, kami akan mengundang mereka untuk rapat kerja agar menyampaikan informasi secara lengkap mengenai Sekolah Rakyat ini,” ujarnya.
Ketua Komisi III DPRD Kota Cirebon, Yusuf menambahkan, bahwa peninjauan ini bagian dari tugas Komisi III DPRD Kota Cirebon untuk memastikan bahwa progaram pemerintah SR ini berjalan dengan baik di Kota Cirebon.
“Jadi kita monitoring, dari mulai persiapan, karena di SR ini masih persiapan karena kurikulum sesungguhnya nanti yang disesuaikan dengan Kementerian Pendidikan Nasional itu baru nanti bulan depan. Jadi bulan ini baru persiapan saja,”katanya.
Untuk kegiatan belajar mengajar (KBM), menurut Yusuf, SR ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang dinaungi oleh Kementerian Pendidikan segala KBM sudah dipersiapkan sejak awal.
“Kalau di SR ini kan ada anak yang sudah lama tidak sekolah, putus sekolah karena kondisi ekonomi ini harus disesuaikan dulu KBM nya, mereka ada dijenjang mana,” jelasnya.
Kendati masih dalam persiapan untuk KBM, sambil menunggu kurikulum dari Kementerian Pendidikan, KBM di SR sudah dijalankan sejak peresmian dan pembukaan.
“KBM di SR sejak diresmikan sudah ada belajar mengajar nya , mereka dibimbing dan disiapkan untuk nanti mengikuti kurikulum yang sesungguhnya,” katanya.
Terkait jumlah peserta didik di SR tersebut, Yusuf mengungkapkan dari pembukaan sampai saat ini ada pengurangan peserta didik, dari awal masuk 100 peserta didik menjadi 74 peserta.
Namun, Yusuf memastikan adanya pengurangan jumlah peserta didik ini bukan karena tidak betah karena menggunakan boarding school atau sekolah yang berasrama.
“Jumlah peserta didik awal peresmian SR itu ada 100 tinggal 74 berkurang karena ada yang desilnya naik. Syarat utama mereka sekolah di SR itu karena desil 1 dan 2, kalau desilnya naik di atas 3 itu otomatis di dapat lagi sekolah di SR karena stratanya dianggap sudah mampu, bukan karena enggak betah,”pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















