SUARA CIREBON – Kasus dugaan keracunan makanan yang dialami 20 orang murid SDN 2 Setu Wetan, Kecamatan Weru, usai mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), mendapat perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Cirebon dan Forum Komunikasi Pemerintah Daerah (Forkopimda) setempat.
Sekda Kabupaten Cirebon, Hendra Nirmala, bersama Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni, pihak Kodim 062 dan dinas terkait langsung mendatangi dapur SPPG Desa Setu Kulon, selaku pihak yang mendistribusikan MBG di SDN 2 Setu Wetan.
”Totalnya sebanyak 20 orang, sampai dengan saat ini 6 orang masih di Puskemas Plered, yang 13 orang sudah pulang ke rumah masing-masing. Dengan kejadian ini, tentu kami Pemerintah Kabupaten Cirebon menyanyangkan. Intinya ini terjadi karena adanya ketidaktegasan terutama pihak SPPG,” ujar Hendra Nirmala, saat ditemui di SPPG Setu Kulon, Selasa, 4 November 2025.
Hendra menyebut, SPPG merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap kualitas makanan yang akan diberikan ke sekolah. Pihaknya menduga kandungan makanan dalam menu yang dibagikan, diindikasikan ada racun.
“Indikasinya 20 anak ini terkena racun. Walaupun gejalanya hanya pusing muntah-muntah, tidak ada yang sampai pingsan, sekali lagi kami Pemerintah Kabupaten Cirebon menyayangkan adanya pengelolaan MBG yang belum secara optimal dan maksimal kinerjanya,” tegasnya.
Terkait hal itu, pihaknya akan mengevaluasi SPPG Setu Kulon tersebut, khususnya terkait petugas penjamah makanan agar makanan yang siap didistribusikan aman dan tidak mengandung hal-hal yang membahayakan ataupun menyebabkan keracunan.
“Ini evaluasi serius buat SPPG Setu Kulon dan SPP lainnya, agar lebih optimal lagi, sehingga makanan yang dihasilkan dari semua dapur SPPG yang ada di Kabupaten Cirebon ini betul-betul memenuhi standar, higienis, memenuhi kalori, protein dan sebagainya serta yang terpenting aman dikonsumsi oleh penerima,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni mengatakan, pihaknya menerjunkan Tim Inafis Satreskrim Polresta Cirebon untuk menyelidiki kasus dugaan keracunan menu MBG tersebut.
Tim Inafis, lanjut Sumarni, telah mengambil sampel makanan untuk dilakukan uji di laboratorium guna memastikan penyebab keracunan. Polisi juga telah memeriksa dan memintai keterangan relawan SPPG yang menyalurkan makanan tersebut.
“Reskrim kami sudah mengambil sampel dan mengecek kembali ke SPPG. Secara dokumen, sertifikasi dan alur higienitasnya lengkap. Kami tinggal menunggu hasil uji laboratorium dari makanan itu,” ujar Kombes Pol Sumarni.
Dari hasil pengecekan di lapangan, lanjut Sumarni, menu MBG berupa soto ayam tersebut disalurkan ke delapan sekolah. Namun, hanya SDN 2 Setu Wetan yang melaporkan kasus keracunan.
“Dari delapan sekolah penerima menu itu, hanya SDN 2 Setu Wetan yang mengalami kasus ini. Kami akan lakukan uji lebih lanjut untuk memastikan apakah ada kandungan tertentu yang menyebabkan anak-anak mual,” imbuhnya.
Pihaknya akan terus mengawasi pelaksanaan program MBG agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami meminta seluruh pihak yang terlibat baik SPPG, supplier, maupun pengelola untuk terus meningkatkan higienitas dan menjalankan SOP dengan ketat. Jangan sampai ada hal-hal yang membahayakan kesehatan anak-anak penerima manfaat,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala SPPG Setu Kulon, Azis Mufidz Hidayat, menjelaskan keluhan puluhan murid SDN 2 Setu Wetan sementara ini diduga berkaitan dengan daging ayam pada menu soto. Menurutnya, proses memasak dimulai pukul 02.00 dini hari dan didistribusikan pukul 08.00 WIB setelah melalui pengecekan kualitas.
Ia menegaskan bahwa pengolahan makanan telah mengikuti SOP dan dugaan penyebab kejadian tersebut masih menunggu hasil laboratorium. Evaluasi juga akan dilakukan untuk memperketat SOP (standar operational procedure) serta menambah kecepatan distribusi.
“Kami cek kualitas bahan maksimal, dan makanan yang belum dikirim pun kondisinya masih baik,” ujarnya.
Azis Mufidz menyebut, adanya kejadian diduga keracunan itu diluar kendali SPPG. Pasalnya, selain SDN 2 Setu Wetan, menu yang sama pada hari itu juga dikirim pihaknya ke RA Rancang, RA Nur Abror, dan RA Al Amin. Namun keluhan hanya muncul di SDN 2 Setu Wetan.
“Karena sebelum didistribusikan kepada sekolah-sekolah sudah dilakukan pengecekan terlebih dahulu,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.















