NUSA DUA, BALI, SC- PANTAI Tanjung Benoa di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, telah berkembang menjadi satu-satunya wisata bahari unggulan di Bali. Siapa sangka, kawasan ini sebelumnya hanya daerah nelayan biasa.
SAAT wartawan Suara Cirebon berkunjung ke Tanjung Benoa, keindahannya tak kalah dengan destinasi wisata lainnya di Bali. Bahkan, soal keunggulan wisata baharinya, mungkin menjadi yang terbaik di kawasan Asia. Pasalnya, Tanjung Benoa merupakan pantai terbesar yang menyediakan 15 fasilitas wisata air, mulai dari banana boat, fishing, snorkling, troling, flying fish dan masih banyak lainnya.
Selain menikmati beragam permainan air tersebut, wisatawan yang datang ke Pantai Tanjung Benoa juga bisa melihat-lihat keindahan Pulau Penyu dengan beraneka ragam satwa dilindungi yang ada di dalamnya. Di pulau tersebut, terdapat puluhan penyu dari yang masih berusia nol sampai yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun.
Keindahan alam dan fasilitas yang ada dipantai Tanjung Benoa terbukti telah mengubah kawasan tersebut sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Namun sebelum berkembang dan menjadi tempat favorit wisatawan, kawasan Tanjung Benoa punya cerita menarik. Awalnya memang sama seperti pantai-pantai lainnya di wilayah nusantara. Dulu pantai tersebut hanya digunakan penduduk setempat yang berprofesi sebagai nelayan untuk menangkap ikan.
Adalah Wayan Ranten, sosok warga pribumi yang telah menyulap pantai tersebut menjadi destinasi wisata bahari unggulan di wilayah Bali. Kepada Suara Cirebon, Jumat (7/12) ia mengatakan, mulanya penduduk setempat merupakan nelayan tradisional yang hidup hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan di laut.
Pantai tersebut mulai dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari pada tahun 1980. Saat itu, Wayan Ranten mulai berpikir untuk menjadikan Tanjung Benoa sebagai tempat wisata laut yang bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah untuk kemajuan dan kesejahteraan warga setempat.
Kondisi alam yang indah, mulai dari pasir putih yang ada di pantai tersebut hingga batu karang yang alami dan lokasi yang strategis membuat keinginan Wayan Ranten membuat pantai tersebut sebagai kawasan wiasata semakin kuat.
“Di sini basis nelayan. Pada saat itu kami berjuang agar nelayan di sini tidak hanya menangkap ikan, tapi juga bisa menangkap wisatawan. Kami berkeinginan kuat karena kami merasa memiliki kelebihan (keindahan) lautnya,” papar Wayan
Menurut ketua KUD Mina Astiti Samudera Benoa itu, dalam proses pengembangan Pantai Tanjug Benoa sebagai destinasi wisata pihaknya tidak melibatkan investor. Kalaupun melibatkan mereka, hanya modalnya saja, sedangkan pengelolaan tetap dipegang masyarakat setempat.
“Dengan adanya pengembangan wisata bahari ini, pendidikan di Tanjung Benoa jadi lebih maju. Pendidikan masyarakat kami juga sudah tinggi dan tidak sedikit warga yang menjadi orang sukses. Bahkan banyak yang mengibarkan kesuksesanya di Eropa,” tutur Wayan Ranten.
Kini, kawasan tersebut tercatat sebagai daerah yang menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) tertinggi di Bali.
Di tempat yang sama, Tour Getter, I Gede Hartanegara mengatakan, melalui objek wisata di Tanjung Benoa itu pihaknya juga mengajak wisatawan untuk mencintai alam dengan cara menjaga dan melestarikannya. Hal itu ia tanamkan kepada para wisatawan baik dari kalangan pelajar maupun umum.
Diakui, pengunjung yang datang ke pantai tersebut didominasi oleh wisatawan domestik. “Dibanding wisatawan asing, yang datang ke sini lebih banyak wisatawan lokalnya,” ungkapnya. (Islah)