WALAUPUN mantan Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie telah berpulang, namun gagasannya dalam mengintegrasikan ilmu dan iman dengan istilah Imtaq (Iman dan Taqwa) dan Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) masih terus dikenang. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan bermanfaat, tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat kelak.
Hal itulah yang dikumandangkan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg di depan wisudawan dan wisudawati serta ribuan tamu yang hadir dalam acara wisuda XX kampus ini di Hotel Aston, Kedawung, Kabupaten Cirebon, Kamis (17/10).
Menurut dia, untuk mencapai keseimbangan dalam menjalani hidup, diperlukan sinkronisasi antara intelektual dan spiritual. Karena, keunggulan yang dimiliki setiap manusia tidak hanya melulu keilmuan tentang dunia, tapi juga harus dibarengi dengan keimanan yang bermuara pada ketaqwaan kepada Allah SWT.
“Keunggulan intelektual saja tidak cukup, maka hal itu harus diimbangi dengan karakter, iman, dan amal. Sehingga hidup ini bisa seimbang. Saya mencontohkan ceramahnya Pak Habibie pada tahun 90an. Tadi saya mengutip analogi Pak Habibie untuk keunggulan intelektual,” kata Sumanta.
Kemudian, lanjut dia, dalam hidup ini juga ada kecerdasan emosional yang mengarah pada pendewasaan serta kecerdasan spiritual yang mengarah pada kematangan jiwa seseorang dalam menyiapkan diri untuk menghadapi kehidupan di alam berikutnya.
“Imtaq dan Iptek itu sesuatu yang menyatu, bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kalau Iptek itu yang bisa menjadikan hidup ini mudah, dan Imtaq adalah yang membuat kebahagiaan. Orang tanpa Imtaq dan Iptek tidak akan bahagia, karena kebahagiaan itu dari sisi spiritual. Untuk itu, dua sisi ini harus mampu dipenuhi oleh para wisudawan dan wisudawati, jangan sampe terjebak oleh keunggulan intelektual saja,” ucapnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Farihin MPd mengungkapkan, Imtaq dan Iptek adalah suatu hal yang sangat penting dan harus melekat kepada lulusan fakultas ini. Untuk itu, lulusan FITK harus memiliki akhlak yang mulia yaitu dengan terus mengutamakan etika dan moral dalam keilmuan yang mereka miliki.
“Karena mereka (wisudawan dan wisudawati) ini kan disiapkan sebagai pendidik. Kami berharap mereka harus menjadi pendidik yang bisa memberikan harapan bagi peserta didiknya, sebagai pendidik mereka harus bisa memberika inspirasi bagi peserta didiknya, karena guru sejatinya inspirator bukan hanya mengajar, mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga sumber inspirasi, pendidik juga harus menjadi sumber kreatif dan inovatif, jadi kreatifitas dan inovatif harus lahir dari guru,” pungkas Farihin.
Untuk diketahui, prosesi Wisuda XX IAIN Syekh Nurjati Cirebon dilaksanakan selama 2 hari, yaitu Rabu dan Kamis (16-17/10/2019) dengan jumlah 1001 wisudawan dan wisudawati dari 3 fakultas di kampus ini. Yaitu, Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD), Fakultas Syariah Ekonomi Islam (FSEI), serta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
Hari pertama, Rabu (16/10/2019) digelar wisuda untuk FUAD dan FSEI berjumlah 440 wisudawan dan wisudawati yang terdiri dari Jurusan Hukum Keluarga 31, Hukum Ekonomi Syariah 70, Perbankan Syariah 137, Sejarah dan Kebudayaan Islam 20, Komunikasi dan Penyiaran Islam 40, Filsafat Agama 14, Ilmu Alquran dan Tafsir 8, Pengembangan Masyarakat Islam 13, Bimbingan dan Konseling Islam 48, Manajemen Pendidikan Islam 9, Pendidikan Agama Islam 24, Hukum Keluarga 6, Ekonomi Syariah 20.
Hari kedua, Kamis (17/10/2019) digelar wisuda untuk FITK dengan jumlah 561 wisudawan dan wisudawati yang terdiri dari Jurusan Pendidikan Agama Islam 125, Pendidikan Bahasa Arab 31, Tadris Bahasa Inggris 42, Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial 8, Tadris Matematika 106, Tadris Biologi 133, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 65, Pendidikan Anak Usia Dini 26, Tadris Bahasa Indonesia 25. (Arif/Adv)