KONDISI air Sungai Cimanggu yang melintasi Desa Bobos, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, berwarna abu-abu karena tercemar limbah batu alam. Kondisi itu terjadi karena sebagian besar penduduk Desa Bobos menjadi pengrajin batu alam dan sudah digeluti sejak lama.
Melihat kondisi tersebut, seorang pegiat lingkungan dari Enveronment Team, Suudul Falah berupaya membuat terobosan baru dengan mengolah air limbah batu alam menjadi jernih dalam hitungan menit dan tidak lagi mencemari lingkungan.
BACA JUGA: Ribuan Warga Nunggak PBB
Bersama timnya, Suudul Falah mendemonstrasikan terobosannya itu dikantor Desa Bobos, Sabtu (18/1/2020). Dalam demonstrasi itu, proses pemisahan atau pengendapan debu pemotongan batu alam terbilang cukup mudah, hanya dengan meneteskan dua cairan yakni Koagulan 0,5 ml dan Flokulan 4 ml, air limbah batu alam sebanyak satu liter langsung menjadi jernih setelah diaduk sebelumnya. Debu hasil gergajian batu alam itu langsung mengendap kurang dari lima menit.
“Cara pengolahan yang kami temukan ini secara otomatis partikel kecil dari debu hasil produksi batu alam akan menggumpal dan terpisah dalam waktu hitungan menit saja,” kata Falah.
BACA JUGA: Mengintip Senja di Gedung Negara, Ada Apakah?
Sedangkan untuk penerapan terobosan tersebut pada industri pengolahan limbah batu alam, minimal harus dibangun dua bak penampungan berukuran 7X5 dengan kedalaman 1, 5 meter. Bak penampungan pertama berfungsi sebagai proses pengendapan. Kemudian bak kedua untuk proses akhir sebelum air jernihnya dialirkan ke sungai.
“Saat air limbah itu akan dialirkan ke bak pertama baru dua cairan tersebut di teteskan,” paparnya.
Sementara itu, Kuwu Bobos, Tini Rustini menyampaikan, kehadiran industri rumahan batu alam di desanya sudah ada sejak tahun 1980-an. Sampai saat ini jumlah pengrajin batu alam sekitar 90.
Namun seiring perkembangan dan modernisasi pengolahan batu alam yang menggunakan mesin, limbah pun semakin terlihat mencemari lingkungan. Akibatnya produksi pertanian cenderung stagnan bahkan semakin menurun karena kondisi lahannya tercemar limbah batu alam. Sungai Cimanggu yang melintasi desa Bobos pun berubah warnanya menjadi keruh.
BACA JUGA: Tertangkap Basah, Dua Pelaku Curanmor Babak Belur Dihajar Massa
“Kalau dilihat dari hasil limbah, produsen batu alam langsung membuang limbah ke sungai cimanggu, dan dari keseluruhan pengrajin batu alam tidak seluruhnya memiliki IPAL karena terkendala dengan lahan,” ujar Tini.
Kuwu berharap terobosan yang dilakukan pegiat lingkungan yang merupakan warga desa setempat, dapat meningkatkan kepedulian dan sinergitas program.
“Kami menyambut baik dengan adanya temuan ini, semoga bisa menjadi jalan keluar yang win-win solution. Kami memang siap mensuport terobosan ini, tapi kami juga harus berhitung cost-nya dulu,” ungkapnya. (Islah)