Menurut Suripto, amblasnya sebagian rumahnya itu terjadi pada bulan Januari tahun 2020 ini. Dapur rumahnya kembali amblas sekira satu meter setelah debit air sungai tersebut meningkat dengan intensitas tinggi.
Sebelumnya, kata Suripto, abrasi sungai tersebut sudah mengikis dapur rumahnya dalam tiga tahun terakhir ini. “Kejadiannya bulan ini, jadinya dapur amblas lagi sekitar 1 meter. Semuanya yang amblas ada sekitar 3 meter,” ujar Suripto.
BACA JUGA: PPDI Lawan Pergantian Sepihak
Kepada Suara Cirebon, Suripto mengaku khawatir dengan kondisi tersebut. Namun, sebagai pengayuh becak yang penghasilannya pas-pasan, Suripto juga mengaku tidak bisa berbuat banyak.
Sampai saat ini rumah yang ia beli sejak tahun 2011 itu masih ia tempati bersama ketiga anak dan istrinya. “Harapan saya sih pemerintah mau membantu keadaan ini. Karena sampai saat ini tidak pernah ada respon dari pemerintah,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kuwu Desa Setu Kulon, Yosef Anandi saat meninjau lokasi bersama Kapolsek Weru mengatakan, kondisi rumah warganya itu kondisinya kian parah. Sejauh ini, Pemdes Setu Kulon sudah berupaya melalukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
BACA JUGA: Korban Banjir Prioritas Cetak E-KTP yang Rusak
Selain itu, pihaknya juga sudah sering menyampaikan permohonan perbaikan bantaran sungai disetiap Musrenbang. “Tapi mungkin karena kewenangannya terbatas, jadi belum ada jawaban pasti dari pihak terkait. Dan setiap Musrenbang juga selalu kita usulkan ke kabupaten,” papar Kuwu.
Meski demikian, kuwu mengaku tak patah arang dan akan terus berupaya mencari solusi terbaik. Dalam waktu dekat ini, pihaknya akan melayangkan surat permohonan pembuatan TPT ke BBWS Cimanuk-Cisanggarung. (Islah)