“Dari satu sisi kita melihat kekuatan kita sangat banyak. Lokasi, fasilitas hingga tenaga kerja punya semuanya, tapi kita tertinggal,” ujar Kepala Kanwil Direktorat Jendral Bea dan Cukai (DJBC) Jawa Barat, Saipullah Nasution usai mengikuti acara Sharing Session di Aula KPPBC Tipe Madya Pabean C Kota Cirebon.
BACA JUGA: Cirebon Banyak Potensi Wisata
Untuk itu, Bea dan Cukai berinvisiatif untuk mendorong percepatan agar wilayah Ciayumajakuning bisa maju dalam investasi yang diharapkan dapat meningkatkan ekspor. Menurut Saipullah, percepatan yang akan dilakukan yakni dengan membentuk tim dan melihat simpul-simpul yang masih perlu pembenahan.
“Sinergi tentu penting, karena kita ingin mempermudah proses layanan yang ada di wilayah ciayumajakunig ini,” kata Saipullah.
Dia mencontohkan, di Bea Cukai semua pekerjaan dilakukan secara terukur. Bahkan, layanan secara elektronik proses impor bisa selesai dalam hitungan waktu 15 menit.
“Tapi kalau memang terkena jalur merah, perlu ada laboratorium dan segala macam. Sehingga secara kumulatif harus menghitung, dan kami di bea cukai itu 8 jam sudah selesai urusan dengan kita,” paparnya.
Hal seperti itu, lanjut Saipullah, harus ekuivalen dengan perizinan yang lain. Jika di Bea Cukai prosesnya cepat, maka proses di pemda dan tempat lain pun harus cepat pula. Jika tidak cepat, akhirnya para investor akan melirik daerah lain yang lebih cepat.
Dijelaskan Saipullah, di Bogor ada beberapa perusahaan yang ingin ekspansi ke wilayah lain. Harusnya, mereka memilih lokasi yang lebih dekat di Jawa Barat seperti di Ciayumajakuning.
BACA JUGA: Wismantono Pimpin KSOP Kelas II Cirebon
“Ya karena di Ciayumajakuning jalan tol ada, pelabuhan ada, bandara ada, hingga tenaga kerja dan UMK lebih murah dari bogor,” sambung Saipullah. Tetapi kenyataannya, investor lebih memilih ke wilayah lain. Hal itu menjadi tantangan pihaknya untuk mendorong investor masuk ke Ciayumajakuning.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Cirebon, Deni Agustin mengatakan, ekspor rotan terus mengalami peningkatan seiring tingginya permintaan rotan di luar negeri. Peningkatan itu terjadi pada kerajinan rotan yang berbahan sintetis dan rotan asli.
“Setiap bulan bisa sampai 1.700 produk rotan yang dieksport. Tapi memang trennya beda, ada yang rotan sintetis dan rotan pada umumnya,” kata Deni.
BACA JUGA: PPDB 2020 Sistem Zonasi Hanya 50%.
Dia berharap, upaya pemerintah melakukan tindakan tegas kepada oknum penyelundup rotan bisa lebih meningkatkan produksi rotan. Sehingga industri rotan di Kabupaten Cirebon kembali bergairah. (Islah)