MALAM itu, Kamis (9/4/2020), hujan deras disertai angin kencang menerjang wilayah Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.
Hawa dingin begitu terasa menusuk hingga ke tulang. Suara katak dan jangkrik di malam Jumat itu menemani Tarjani, salah satu warga Dusun 2 RT 01 RW 2, Desa Kanci Kulon yang sedang termenung di dalam rumah.
Entah apa yang pria berumur 54 tahun pikirkan malam itu. Tetapi perasaan risau begitu jelas tersirat dari raut wajahnya. Tak terasa, waktu sudah menunjukan jam 12 malam. Hujan dan angin kencang itu tak kunjung berhenti.
Mungkin sebagian warga di wilayah tersebut sudah terlelap di kamar nyaman dan kasur empuk dengan mimpi indahnya masing-masing yang tak dirasakan bapak dua anak ini. Dia masih terjaga sambil memantau situasi, karena bisa saja hal buruk menimpanya.
Kreeekkk, kreeekkk, kreeekkk… Terdengar suara yang membuatnya tersentak. Ia pun segera mengambil langkah seribu keluar rumah. Tak berselang lama, suara yang lebih mengerikan terdengar kembali. Brruuuaakkk… Seketika dia pun terperangah. Benar saja, rumah yang ia tempati itu roboh.
BACA JUGA: Mayat Wanita Tanpa Busana Ditemukan di Pinggir Sungai Ender Kalipasung
“Beruntung istri dan kedua anak saya sedang berada di rumah salah seorang keluarga yang sedang sakit, jadi tidak terjadi korban jiwa, hanya sedikit kaki saya lecet karena berlari keluar dari rumah,” ungkap suami dari Warsini (45) ini kepada Suara Cirebon.
Memang, rumah yang di tempatinya hanya ditopang kayu lapuk akibat termakan usia. Tidak ada tembok permanen, hanya beberapa seng usang saja yang menyelimuti rumah tua ini.
Mungkin itulah yang membebani pikirannya saat itu. Terpaan hujan yang deras dan angin kencang membuat dia gelisah akan kondisi tempat tinggalnya. Telat sebentar saja keluar rumah, bisa jadi nyawanya melayang dan dia “terkubur” di bawah reruntuhan rumah yang sudah tak layak untuk dihuni tersebut.
Rumah itu tak bisa lagi ditempati. Kini, untuk sementara, ia dan keluarga menumpang di salah satu kediaman kerabatnya. Dia hanya berharap ada uluran tangan seorang dermawan dan pemerintah untuk membantunya. Hal itu agar tempatnya bernaung bersama istri dan kedua anaknya ini dapat segera diperbaiki.
BACA JUGA: Perjuangan Memulangkan Carmi, dari Diplomasi Hingga Semua Haknya Terpenuhi
Sementara itu, Kuwu Kanci Kulon, Subandi mengaku, setelah mengetahui peristiwa tersebut, pihaknya langsung melaporkan kepada dinas terkait untuk meminta bantuan agar rumah tersebut dapat segera diperbaiki.
“Kami setelah mendengar adanya kejadian yang menimpa keluarga Tarjani, langsung turun ke lapangan dan melakukan koordinasi dengan perangkat desa lainnya agar sesegera mungkin melaporkan kepada instansi terkait,” ujarnya.
Dia mengaku, pihaknya akan memprioritaskan anggaran untuk keluarga malang tersebut. Pasalnya, Subandi memaparkan, berdasarkan informasi, dalam kepemimpinan kuwu sebelumnya, pemerintah desa setempat telah memasukan Tarjani sebagai salah satu warga yang dapat memperoleh program bantuan rumah tidak layak huni (Rutilahu) sejak tahun 2016.
BACA JUGA: Pelarian Dramatis Kakak Beradik Asal Cirebon Menghindari Kejaran Penculik
“Tetapi entah kenapa hal tersebut belum terealisasi. Oleh karenanya, saya akan berusaha semaksimal mungkin agar rumah tersebut bisa segera diperbaiki. Dan yang bersangkutanpun sekarang bisa menerima program BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai). Karena dari data yang saya peroleh, keluarga Tarjani sebelumnya tidak memperoleh bantuan tersebut,” paparnya.
Bahkan, dalam kesempatan ini, pihaknya berjanji akan menerapkan pola birokrasi demokrasi. Hal itu agar data warga yang dia terima benar-benar sesuai fakta. Sehingga tidak terjadi lagi penyaluran bantuan atau program pemerintah yang tidak tepat sasaran. (Agus/SC)