CIREBON, SC- Terkait kelangkaan LPG 3 kg di pasaran, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Cirebon mengaku telah menanyakan hal tersebut ke pihak Pertamina.
Kabid Perdagangan Disdagin Kabupaten Cirebon, Dadang Heryadi mengungkapkan, Pertamina sebenarnya telah memprediksi kelangkaan LPG 3 kg akibat kenaikan harga gas alam yang hampir tiga kali lipat, sehingga disinyalir, para konsumen gas alam berpindah menggunakan LPG tabung kecil yang dikenal sebagai gas melon itu.
“Pengguna gas alam kebanyakan dari wilayah kota. Sedangkan untuk kabupaten, pengguna hanya ada di daerah-daerah perbatasan seperti Kedawung,” paparnya.
Dadang menjelaskan, kelangkaan gas elpiji 3 kg tersebut bukan terjadi kali ini saja, tetapi sebelumnya juga pernah terjadi.
“Ada kemungkinan, banyak yang tidak tepat sasaran, yang harusnya untuk warga tidak mampu tetapi warga mampu ikut menggunakan juga,” ungkapnya.
Dadang berharap, pengawasan pangkalan gas elpiji 3 kg saat menjual harus lebih selektif sehingga tidak salah sasaran.
“Regulasi harus diatur, termasuk pihak pertamina yang mempunyai kewenangan regulasi,” ucapnya.
Dinas Perdagangan dalam hal ini sudah mengajukan permohonan dan saran kepada pihak Pertamina agar memperbanyak pangkalan gas di setiap RT maupun RW. Hal ini bertujuan agar lebih mampu memantau saat masyarakat membeli LPG 3 kg dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) sehingga tidak terlalu membebani warga tidak mampu.
“Pihak Pertamina seharusnya mengambil tindakan kepada warga mampu, seperti penarikan tabung gas dan ditukar dengan tabung gas non subsidi untuk membatasi,” tandas Dadang.
BACA JUGA:
Bahkan, menurut dia, Pertamina pun berwenang untuk memberi sanksi terhadap pangkalan gas yang nakal juga pangkalan tidak pernah mencantumkan HET.
Dadang menyarankan, pihak pangkalan maupun pihak Pertamina seharusnya mendata para pembeli gas tabung sehingga tidak sampai salah sasaran.
Sementara itu, Unit Manager Communication & CSR MOR III, Dewi Sri Utami mengatakan, selama Maret hingga awal pekan ini, di area Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) terjadi peningkatan rata-rata konsumsi hingga 23% untuk produk LPG non subsidi Bright Gas 5,5 KG dan 12 Kg. Kenaikan terjadi seiring dengan imbauan pemerintah agar masyarakat membatasi mobilisasi keluar rumah, bekerja, sekolah, dan beribadah dari rumah. Sehingga masyarakat banyak melakukan aktivitas di rumah termasuk untuk memasak.
Dia mengungkapkan, konsumsi LPG subsidi 3 kilogram di wilayah Ciayumajakuning pada periode sama, yakni awal Maret hingga 23 Maret 2020, mengalami kenaikan sebesar 3% dibandingkan konsumsi rata-rata bulan Januari dan Februari.
Untuk mengantisipasi kebutuhan LPG subsidi 3 Kg, Sales Area Retail Cirebon melakukan penambahan pasokan (fakultatif) LPG secara bertahap. Pasokan fakultatif dilaksanakan di Kota dan Kabupaten Cirebon serta Kabupaten Kuningan, masing-masing hingga 50% dari pasokan harian normal. Hal ini dilakukan pada pekan lalu dan pekan ini.
“Untuk mengantisipasi kenaikan permintaan dari masyarakat, kami telah menambah pasokan secara bertahap. Pertamina juga terus memastikan kesediaan produk di agen dan pangkalan LPG, sebagai penyalur resmi Pertamina,” paparnya.
BACA JUGA:
Dalam kesempatan ini, Dewi mengimbau kepada masyarakat untuk ikut serta mengawasi peredaran LPG subsidi. Pasalnya, LPG 3 Kg merupakan produk subsidi yang dialokasikan untuk masyarakat pra sejahtera dan usaha mikro, sesuai dengan peraturan pemerintah.
Dia menambahkan, masyarakat yang berhak untuk tabung LPG melon ini dapat membeli langsung di agen dan pangkalan, dimana terdapat 97 agen dan 5.890 pangkalan LPG PSO yang tersebar di wilayah Ciayumajakuning.
“Sebagai informasi, untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat, kami sudah melakukan penambahan pasokan (fakultatif) di Kota dan Kabupaten Cirebon, juga Kabupaten Kuningan hingga 100% dari pasokan harian rata-rata normal Pak. Penambahan pasokan ini dilakukan akhir pekan lalu,” imbuhnya kepada Suara Cirebon. (Arie/Red)