MAJALENGKA,SC- Pascalebaran harga komoditas pertananian jenis sayuran di tingkat petani mengalami penurunan. Anjloknya penjualan diklaim tak seimbang dengan biaya produksi yang telah mereka keluarkan.
Menurut Ade, petani sayuran di Desa Sukadana, Kecamatan Argapura, harga komiditas sayuran mengalami penurunan yang signifikan di tingkat petani. Padahal belum semua petani melakukan panen, sehingga dikuatirkan akan banyak petani yang rugi.
”Masih banyak petani yang belum melakukan panen, tetapi harganya sekarang sangat murah,” kata Ade, Rabu (3/6/2020).
BACA JUGA: Tanam Anggur Brazil, Kisah Sukses Alumni IAIN Cirebon Jadi Petani
Ia mencontohkan harga cabe merah yang perkilonya hanya dihargai Rp 10.000 per kg. Harga tersebut sangat merugikan petani, karena tidak sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan petani.
”Kalau harganya cuma Rp10 ribu per kilogram, petani bukan untung tapi buntung,” ujarnya.
Agar tidak merugi kata Ade, saat ini banyak petani yang menunda memanen cabenya.Sebagian ada yang memanen namun dalam jumlah kecil,kemudian dijual sendiri kepasar tanpa melalui tengkulak.
”Paling tidak hasilnya dapat menutupi kebutuhan sehari-hari sambil menunggu harga naik,” ucapnya.
Komoditas lainnya yang juga mengalami penurunan harga setelah Lebaran di antaranya buncis, kentang dan bawang daun.Harga komoditas pertanian yang banyak ditanam di wilayah Kecamatan Argapura ini harganya tak sesuai dengan harapan petani. Harga bawang daun yang sebelum Lebaran sampai Rp 14.000,- per kilogram, sekarang hanya ditawar Rp. 8.000.- Sedangkan harga buncis hanya Rr 6.000 per kilogramnya.
BACA JUGA: Satreskrim Polres Majalengka Bekuk Kawanan Pelaku Curanmor
Turunnya harga komoditas pertanian, khususnya sayuran kata Asmo petani sayuran lainnya di Desa Cikaracak bukan hal yang baru bagi petani. Meski demikian petani belum memiliki solusi yang tepat untuk mengatasinya.
”Yang terjadi selama ini ketika harga sayuran turun, terutama cabe dan tomat, petani lebih banyak yang membiarkan karena biaya panenya juga mahal dan berharap harga kembali naik. Sebagian lagi ada yang memilih menjual sendiri ke pasar,” katanya. (Dins)