INDRAMAYU, SC- Pelaksana Tugas Bupati Indramayu, Taufik Hidayat bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) tidak main-main dengan ketahanan pangan di Indramayu. Agar panen gadu tahun ini mencapai target, Taufik rela berpanas-panasan di tanggul sungai hanya untuk memastikan pasokan air kepada petani aman.
Seperti dilansir situs resmi Diskominfo Indramayu, keseriusan itu ditujukan oleh orang nomor satu di Indramayu dengan kembali melakukan inspeksi ke beberapa pintu air pada Rabu (8/7/2020) pagi. Dengan menggunakan motor trail, Taufik beserta rombongan blusukan menelusuri tanggul sungai irigasi yang panjangnya mencapai puluhan kilo meter.
Motor trail dari berbagai instansi seperti BPBD, Satpol PP dan Damkar, TNI, Polri, dan lainnya sejak pukul 07.00 sudah disiapkan di Kantor Kecamatan Cikedung. Pagi itu, sekitar 15 kendaraan siap melibas jalur tanah dan aspal, untuk mendampingi blusukan Plt. Bupati Indramayu itu. Sasaran utamanya adalah volume air di sungai dan debit air di pintu air.
Tepat pukul 08.00, rombongan meluncur dan menyusuri jalan-jalan Desa Cikedung dan melihat langsung pintu air BT 15 di Blok Jatok. Setelah itu, kembali melanjutkan perjalanan menyusuri tanggul yang lembek menuju pintu air BT 16 dan melihat langsung kondisi sipon yang memotong arus sungai Cipanas di Kecamatan Terisi.
Jalur tanggul irigasi yang terkadang lembek atau sedikit keras, membikin kekhawatiran slip bagi para pengendara roda 2 yang melintasinya. Namun hal itu tidak berlaku bagi Plt. Bupati Indramayu Taufik Hidayat, Dandim 0616 Indramayu Letkol CZI Aji Sujiwo, dan Kajari Indramayu Daouglas P. Nainggolan. Permukaan jalan tanggul yang tidak selalu mulus itu dilalui dengan mudah.
Bahkan perjalanan menuju pintu air BT 17 yang berair dan licin dapat dilewatinya. Cipretan genangan air dan lumpur yang menempel di sepatu dan celana tak dihiraukan demi mewujudkan asa para petani di Kabupaten Indramayu.
BACA JUGA: Nelayan Minta PPI Karangsong Tambah Fasilitas
Sampai di pintu air BT 18, Taufik Hidayat bertemu dengan masalah serius yakni arus air yang menuju ke Kecamatan Gabuswetan terhambat oleh rel kereta api. Akibatnya, pasokan air mengalami penurunan debit dan distribusi air ke wilayah-wilayah hulu terganggu. Bukan hanya penurunan debit, di pintu air ini menjadi tempat bertumpuknya sampah karena terhalang oleh rel kereta api. (Kir)