MAJALENGKA, SC- Akibat kemarau debit air sungai di sejumlah daerah mulai menurun. Menurunnya ketersediaan air berakibat pada pemenuhan kebutuhan air untuk irigasi pertanian. Agar tidak muncul permasalahan, maka penggunaan air untuk pertanian mulai digilir.
Makmun, petani di Kelurahan Cicurug, Kecamatan Majalengka mengatakan, musim kemarau yang mulai memasuki masa puncak membuat petani mulai kesulitan mendapatkan air untuk mengairi areal pertaniannya. “Akibat kemarau, kami sekarang mulai kesulitan air untuk mengairi areal pertanian karena air sungai debitnya mulai berkurang,” katanya, Rabu (5/8/2020).
Menurut dia, para petani di daerahnya mengandalkan pengairan sawahnya dari air Sungai Cijuray. Namun karena debit air dari sungai tersebut mulai berkurang, akhirnya pengarairan dilakukan secara bergilir. Sistem itu dilakukan agar pemilik sawah tidak saling berebut air, sehingga muncul konflik di antara petani.
”Dulu pernah tidak diatur, akibat semua petani berebut mengalirkan air ke areal sawahnya. Dampaknya pembagian air menjadi tidak merata, sehingga antar petani menjadi ribut. Karena itu sekarang pengairan dilakukan secara bergilir, dan ada petugas yang dipercaya untuk mengaturnya,” jelasnya.
Kondisi serupa juga dirasakan oleh petani di wilayah Kecamatan Panyingkiran. Akibat menurunnya debit air sungai,maka petani sepakat untuk mulai dilakukan pengaturan dalam penggunaan air untuk areal areal pertanian.
BACA JUGA: Petani Majalengka Simpan Sebagian Hasil Panen
“Terpaksa kami lakukan sistem bergilir untuk mengairi sawah, karena sumber air untuk pengairan sawah debitnya sudah semakin berkurang. Dengan cara ini tidak ada petani yang bertengkar gara-gara berebut air untuk keperluan sawahnya,” kata Suteja, petani di Desa Pasir Muncang. (Dins)