BANDUNG, SC- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan, terdapat 1.500 hingga 2.000 bencana yang terjadi di Jabar setiap tahun. Dengan risiko kebencanaan itu, warga Jabar diminta menyesuaikan diri dan memiliki budaya tangguh bencana.
Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar pun menyiapkan cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana (resilience culture province). Budaya Tangguh Bencana Jabar ini akan ditanamkan kepada seluruh warga melalui pendidikan sekolah sejak dini hingga pelatihan.
“Saya minta masyarakat Jabar mulai menyesuaikan diri dengan budaya tangguh dalam menghadapi bencana, karena letak geografis Jabar yang kelihatannya indah, tapi juga berbahaya dan tentunya dapat menimbulkan bencana,“ kata Kang Emil saat menjadi pembicara utama dalam web seminar “West Java Resilience Culture Province” di Gedung Pakuan, Kota Bandung, seperti dilansir situs resmi Humas Pemdaprov Jabar.
Dalam menyusun Budaya Tangguh Bencana Jabar, Kang Emil berujar bahwa pihaknya merujuk kepada Jepang, di mana budaya tangguh untuk menghadapi bencana sudah ditanam dalam pola pikir dan budaya masyarakatnya sejak sekolah dasar.
“Maka dari itu, kami mencoba belajar ke arah yang sama, yang kami butuhkan adalah mengubah semua kondisi yang ada dalam penanganan bencana menjadi sebuah budaya tangguh dalam menghadapi bencana,” kata Kang Emil.
“Oleh karena itu, dalam kepemimpinan saya sebagai gubernur, kami (Pemda Provinsi Jabar) mencoba mengubah pola pikir baru ini menjadi apa yang kami sebut budaya tangguh,” tambahnya.
Adapun menurut Kang Emil, terdapat enam faktor atau pilar penting untuk menciptakan budaya tangguh bencana di Jabar. Pertama, mendidik warga dan memberikan pengetahuan agar mereka bisa bersikap preventif soal kebencanaan.
“Jadi warga harus paham tentang budaya tangguh bencana ini untuk kebutuhan dirinya sendiri ketika terjadi bencana,” ucap Kang Emil.
BACA JUGA: Pelaku UMKM Bisa Kolaborasi dengan Gubernur
Kedua, memberikan pengetahuan tentang budaya tangguh bencana kepada seluruh pemangku pendidikan mulai dari sekolah dasar sehingga tangguh bencana menjadi bagian dari ilmu pengetahuan sehari-hari masyarakat Jabar.
“Ketiga, kami mencoba merancang infrastruktur yang tahan bencana, dimulai (contohnya) dari kawasan yang berpotensi tsunami, nantinya akan didesain berbeda dengan infrastruktur yang rawan banjir di perkotaan,” kata Kang Emil. (Lis)