KABUPATEN CIREBON, SC- Setelah dinyatakan negatif Covid-19 beberapa pekan lalu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Cirebon, Asdullah Anwar, dengan sukarela mendonorkan plasma-nya untuk kesembuhan pasien positif Covid-19 lainnya yang masih dalam perawatan di Rumah Sakit (RS). Sebelum menjalani proses donor plasma di PMI Kabupaten Cirebon, Asdullah menceritakan pengalamannya selama menjalani isolasi mandiri di rumah.
Asdullah menyebut, sanksi sosial yang ia alami selama menjalani isolasi mandiri, sangatlah berat. Selama menjalani isolasi mandiri, ia mengaku dikucilkan dari lingkungan sekitar. Warga setempat tidak lagi mau melintas meski hanya di depan rumah dirinya.
Bukan hanya itu, kata Asdullah, ketika ada salah satu Kepala Sekolah yang meninggal dunia pun, isu yang berkembang justru dikaitkan dengan dirinya. “Gara-gara salaman dengan Kadisdik, salah satu kepala sekolah meninggal, itu isunya,” kata Asdullah berapi-api, Senin (28/9/2020).
Lebih dari itu, sambung Asdullah, saat kabar dirinya tersebar luas terpapar Covid-19, ia juga bahkan diisukan meninggal dunia. Hal itu ia ketahui ketika salah satu warga yang datang ke kediamannya dengan membawa beras sebagaimana lazimnya orang yang datang untuk takziyah atau melayat.
Asdullah mengatakan, berbagai isu yang datang silih berganti saat dirinya sedang menjalani isolasi mandiri itu, tak pelak membuat psikisnya terganggu. Karena itu, guna mengusir stres Asdullah mengaku menghibur diri dengan caranya sendiri sampai ia dianggap sebagai orang tidak waras. “Saya setel musik kenceng dari mobil dihalaman rumah, lalu saya joget-joget sendirian. Itu saking keselnya saya sampai seperti itu,” paparnya.
Dijelaskan Asdullah, kronologis dirinya terpapar Covid-19 berawal dari aktivitasnya saat itu, yakni sebagai panitia HUT RI ke 75 tingkat Kabupaten Cirebon. Sejak malam renungan 17 Agustus Asdullah mengaku sudah kurang fit. Penyakit yang dikeluhkan Asdullah saat itu, ialah batuk, pilek dan keluar lendir. Meskipun sudah meminum obat, namun penyakit itu tak kunjung sirna dari tubuhnya.
Saat itu dirinya mengaku sempat menolak ketika diminta untuk melakukan swab test. Karena, ia sudah membayangkan beratnya sanksi sosial kalau dinyatakan posistif Covid-19. Hingga kemudian, kegiatan peringatan HUT RI pun berlanjut dengan acara mancing bersama yang dihadiri ratusan orang, termasuk Bupati Cirebon, Drs H Imron MAg. “Setelah diswab, malam minnggu keluar hasilnya kemudian hari senin 12 orang anggota keluarga saya di swab juga, Alhamdulillah semuanya negatif. Dan dari swab pertama, lima hari sudah negatif,” paparnya.
Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Cirebon, dr Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein, mengakui masih banyaknya penolakan dari warga ketika pasien Covid-19 menjalani isolasi mandiri. Hal itu tak lain karena stigma yang masih melekat dimasyarakat tentang pasien positif Covid-19 yang penularannya membahayakan. Namun, kata Fariz, penolakan tersebut bukan hanya terjadi di Kabupaten Cirebon. Tapi juga terjadi dibeberapa daerah lainnya di Indonesia.
Menurut Fariz, akibat penolakan tersebut, membuat sejumlah RS akhirnya menjadi penuh. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada Pemda Kabupaten Cirebon untuk segera membuat tempat isolasi mandiri dibeberapa titik. “Banyak efisiensi saat ada pemusatan isolasi mandiri. Dan memang PR paling besar kita adalah edukasi masyarakat dalam kontek wabah Covid-19 ini. Namun, yang paling bijak kita lakukan saat ini ialah mendapatkan informasi tentang pasien Covid-19 dengan benar dan jaga 3 M, itu senjata kita dan perisai kita,” terangnya. (Islah)