Bertahan Demi Karyawan, Pengusaha Karaoke Sempat mau Jual Tempat Usahanya
KABUPATEN CIREBON, SC- Pandemi Covid-19 ini menjadi masa-masa yang tidak menggembirakan dan menjadi masa sulit bagi pengusaha hiburan karaoke. Pasalnya, saat inipenghasilan yang didapat setiap harinya hanya berkisar Rp 200 ribu, bahkan sempat tanpa penghasilan sama sekali. Penghasilan paling besar dimasa pandemi ini hanya Rp 1,2 juta. Hal itu seperti dialami pengusaha hiburan karaoke 3G, Wien Marvin atau yang akrab disapa Okeng.
Meski dalam kondisi sulit, namun ia mengaku tetap berupaya untuk bertahan. Okeng mengaku tetap bertahan karena dirinya tidak punya pekerjaan atau usaha lain. Selain itu, pria yang pernah jadi pimpinan salah satu bank itu mengaku tidak punya modal untuk beralih jenis usaha. “Modal tidak ada, anak masih ada yang kuliah satu orang. Dan kita juga bertahan karena memperhatikan (pekerjaan) 9 karyawan tersisa yang banyak tidak lulus SD,” ujar Okeng kepada Suara Cirebon, kemarin (12/10/2020).
Meski demikian, ia juga mengakui sempat mencapai puncak kejayaan pada tahun 2015 lalu. Saat itu, ia bisa mendapat penghasilan bersih per hari hingga Rp 5 juta. Seiring perkembangan, kata Okeng, para pengusaha hihuran yang sama pun bermunculan sehingga persaingan semakin ketat. Bahkan, persaingan itu membuat 3G kini menjadi tempat karaoke yang tertinggal dari sisi sarananya.
Hingga pada gilirannya, kondisinya semakin terpuruk menyusul pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak lama. Akibatnya, pengunjungpun berkurang sangat drastis. “Bahkan ada pengunjung yang nekat minta kasbon. Ini tentu tidak menggembirakan, tapi masih untung bisa bayar karyawan,” kata dia. Okeng menjelaskan, dari 12 room yang ada, kini hanya tersisa 9 room saja. Sisa 3 room lainnya sengaja tidak ia aktifkan karena tidak mampu lagi untuk biaya perawatannya.
Akibat kondisi tersebut, pada tahun 2019 sempat terlintas keinginan untuk menjual tempat tersebut. “Setiap hari paling banter 5 room dengan jumlah pengunjung 50 kebawah. Untuk hall juga paling 2 table,” kata dia. Namun, meski dalam kondisi sulit seperti ini, ia mengaku tetap memperhatikan protokol kesehatan termasuk kepada pengunjung yang datang.
Kapatuhannya dalam menerapkan protokol kesehatan itu tak lain karena Pemda melalui Disbudparpora terus melakukan monitoring dan pembinaan secara kontinu. “Satu minggu itu tiga kali sampai lima kali memerintahkan kami untuk menerapkan protokol kesehatan,” jelasnya. Sehingga, dirinya pun melakukan hal yang sama, baik kepada karyawan maupun kepada pengunjung. “Saya juga tegas kepada PL, kalau enggak turuti aturan, silahkan keluar dari sini,” tegasnya.
Begitupun kepada pengunjung, ia mewajibkan semua yang datang ke tempat hiburan tersebut, memakai masker. Bahkan, pihaknya juga memberikan masker gratis ketika ada pengunjung yang tidak memakai masker dan menyediakan sarana protokol kesehatan lainnya.
Sementara, Kabid Pariwisata Disbudparpora Kabupaten Cirebon, Nana Mulyana, mengatakan, pembinaan standar yang sesuai SOP protokol kesehatan ialah wajib pakai masker, penyediaan thermo gun dan ada himbauan tertulis di lokasi untuk pengunjung. Pembinaan tersebut ia lakukan kepada semua tempat hiburan malam, termasuk hotel melati sekalipun. “Tapi yang banyak ngantongi ekonomi itu hotel melati, karena itu tadi, banyak show time yang bisa menjadi lahan paparan Covid-19,” kata Nana.
Sedangkan untuk hiburan malam, kata dia, meskipun terbilang paling buruk sekalipun, tapi standar protokol kesehatannya sudah cukup bagus. Terlebih, jika dibandingkan dengan penerapan protokol kesehatan pada area publik. “Gedung PGRI itu area publik, ada wasatfel-nya belum,” tanya Nana. (Islah).