Oleh : Farhan Hapiyudin
*)Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
BERANEKA ragam peristiwa terjadi di suatu lembaga pendidikan dan itu tidak bisa dimungkiri. Dari yang baik sampai yang buruk, bahkan, sampai mencoreng nama instansi pendidikan tersebut. Mulai dari SD sampai jenjang perguruan tinggi. Hal ini dipicu karena tidak ada keselarasan antara pihak-pihak tertentu yang bersangkutan atau bahkan salah paham yang tidak dapat dilerai.
Kejadian – kejadian ini bertujuan agar mereka yang menyeru dapat didengar suaranya dan dapat keadilan sebagaimana mestinya. Mulai dari peringatan kecil hingga sampai besar di antaranya ialah berdemo. Demo di sini sangatlah beragam: tuntutan, penurunan jabatan, menagih janji dan lain sebagainya.
Mahasiswa adalah kelompok social masyarakat yang memunyai kapasitas intelektual untuk memahami kondisi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang memunyai kesempatan lebih mengenyam pendidikan, sehingga kemampuan berpikir kritis dapat dimiliki kalangan ini. Sikap kritis dalam diri mahasiswa tidak terlepas dari kondisi negara serta pemerintah akan menjadi sorotan, ini secara luasnya. Secara sempitnya ialah mencakup lingkungannya sendiri yaitu kampus. Ketika kesejahteraan belum tercapai maka sikap kritis mahasiswa akan selalu berbuah pergerakan mahasiswa, di sinilah para atasan atau dosen dituntut untuk mampu mengakomodir aspirasi mahasiswa, karena aspirasi yang tidak tertampung biasanya mengakibatkan tindakan yang anarkis dari aksi demonstrasi mahasiswa.
Mahasiswa dan kampus adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena itu saling keterkaitan satu sama lainnya. Banyak peristiwa yang terjadi suka maupun duka. Keduanya akan menjadi pengalaman yang mungkin selalu diingat oleh setiap mahasiswa yang mengalaminya.
Gerakan mahasiswa biasanya berupa sikap mengkrikit atau menolak yang direpresentasikan dalam bentuk tulisan, perkataan, janji ataupun aksi demonstrasi melalui wadah organisasi terhadap kebijakan kampusnya. Gerakannya ialah sebagai agen control, diibaratkan sebagai lonceng besar yang setiap waktu dapat berbunyi dengan sangat keras untuk mengingatkan dan menyadarkan pihak lain ketika mereka sedang lupa diri. Mereka harus terus memantau setiap proses perubahan yang sedang berjalan, agar arah dan tujuan perubahan yang dicita-citakan tidak melenceng dari tujuan awal.
Sebagai kaum pemikir, mahasiswa akan selalu mengkritik kampus terhadap apa yang mereka butuhkan atau kampus janjikan atau juga yang diperjuangkan. Sebutkan saja mahasiswa yang menuntut kampusnya sendiri yang katanya akan mengubah akreditasinya menjadi lebih baik lagi (upgrade to UIN). Janji yang tidak ditepati haruslah digugat halnya semacam ini. Sejumlah mahasiswa turun ke lapangan untuk menuntut apa yang telah kampus mereka janjikan. Permasalahan ini menimbulkan kericuhan antara mahasiswa, satpam dan dosennya sendiri. Tangisan para mahasiswi terdengar oleh kampus tetapi hal itu diacuhkan. Peristtiwa ini memanglah tidak aneh terjadi di kampus – kampus yang ada di negara ini.
Dalam posisinya sebagai agen control, mahasiswa harus bertindak objektif, logis, rasional, dan proporsional agar dapat melakukan justifikasi obyektif terhadap setiap persoalan yang terjadi dengan mengambil posisi penengah atau pengontrol situasi dan keinginan teman – temannya, aktivitas pergerakan mahasiswa dilihat pula sebagai salah satu ukuran kepuasan masyarakat melalui kajian-kajian intern tiap organisasi pergerakan mengenai format kampusnya.
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas, dan kemampuan kepemimpinan para mahasiswa yang terlibat di dalamnya. Gerakan mahasiswa merupakan suatu sikap yang terhimpun dalam orgnisasi. Organisasi ini terdiri dari mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota di dalamnya.
Keberanian inilah yang harus tetap diperjuangkan meskipun terkadang kampus suka mengacuhkannya. Apa salahnya untuk menuntut sebuah janji yang telah dilontarkan terlebih kepada mereka yang tadinya bahagia akan mendapat gelar sarjana dari sebuah kampus yang tadinya bukan UIN berubah bergelar menjadi UIN.
Hal ini tentu saja sangat beralasan mengingat bagaimana pentingnya peran mahasiswa yang selalu menjadi actor perubahan dalam setiap momen bersejarah di dalam kampusnya.***