KABUPATEN CIREBON, SC- Sungguh miris, seorang bayi berusia 5 bulan di Desa Kaliwedi Kidul, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Muhamaf Bakti Alfattah harus memahan rasa yang begitu sakit di bagian kepalanya.
Bayi mungil itu selalu menangis manakala dilepaskan dari gendongan ibunya. Dalam kondisi terkulai lemah, ia seolah mengerti dan tak ingin lepas dari pangkuan sang bunda meskipun sekejap.
Anak pasangan dari Agung Bakti (30) dan Esti Komariyah (30) itu diduga menderita penyakit hidrosefalus. Pasalnya, dari hari ke hari, kepala bayi malang itu terus membesar tak terhenti. Orang tua bayi berjenis kelamin laki-laki itu hanya bisa pasrah. Karena, upaya untuk menempuh pengobatan secara medis terkendala biaya.
Satu-satunya harapan untuk bisa membawa Fattah, demikian nama panggilan Muhamad Bakti Alfattah, menempuh pengobatan medis ialah dengan adanya campur tangan pemerintah dan para dermawan. Sebab, bayi tersebut tidak tercatat sebagai peserta BPJS PBI, apalagi BPJS Mandiri.
BACA JUGA: Hamil Duluan Jadi Alasan Utama Dispensasi Nikah
Kepada Suara Cirebon, Esti menuturkan, mulanya Fattah terlahir dalam kondisi normal dengan berat 3,5 kilogram dan panjang 50 centimeter. Namun, ketika menginjak usia dua bulan gejala penyakit yang diderita mulai terasa.
Menurut dia, mulanya Fattah kejang-kejang akibat demam tinggi. Kemudian ia pun membawa anaknya itu berobat ke rumah sakit terdekat.
“Waktu umur 22 hari pernah dibawa ke rumah sakit. Tapi kemudian dibawa pulang paksa karena tidak ada biaya,” ujarnya, Senin (7/12/2020).
Dari penjelasan pihak rumah sakit saat itu, tutur Esti, dirinya mengetahui bahwa anaknya menderita pembesaran kepala akibat otak anaknya terinfeksi bakteri.
“Tapi memang belum jelas (penyakitnya), karena waktu itu belum di scan,” papar Esti.
Ia menambahkan, pengobatan untuk anaknya setelah pulang paksa dari rumah sakit, dilakukan sesuai kemampuan keuangan suaminya yang berprofesi sebagai penjual susu keliling. Jika anaknya demam tinggi, Esti hanya membawa anaknya ke puskesmas atau petugas medis yang membuka praktik di sekitar tempat tinggalnya.
BACA JUGA: Optimis, Tahun 2021 IAIN Cirebon Jadi UIN
Ia berharap, pemerintah bisa segera membantu proses penyembuhan penyakit anaknya itu. Meskipun saat ini Kartu Keluarga (KK) miliknya masih tercatat sebagai warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
“Memang dulu kami perantau. Sekarang sudah lebih dari satu tahun menetap di Kaliwedi ikut suami. Dan surat pindahnya sedang diurus,” ungkapnya.
Sementara itu, pihak Pemerintah Desa Kaliwedi Kidul, Casman mengaku kesulitan untuk membantu agar bayi tersebut tercover BPJS PBI Kabupaten Cirebon. Pasalnya, administrasi kependudukan kedua orang tuanya masih tercatat sebagai warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
“Sekarang sedang diproses perpindahannya,” tandasnya. (Islah)