MAJALENGKA, SC- Bencana alam masih mengintai wilayah Kabupaten Majalengka. Selain bencana banjir, bencana tanah longsor dan tanah bergerak juga menimpa sejumlah wilayah tersebut. Seperti halnya bencana banjir yang menimpa puluhan desa di 9 wilayah kecamatan bagian utara, lokasi longsor juga tersebar di sejumlah daerah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka mencatat, sepanjang pekan kemarin telah terjadi 14 peristiwa tanah longsor di sejumlah kecamatan. Beruntung dari belasan bencana longsor yang terjadi tidak sampai menimbulkan jatuhnya korban jiwa. Longsor hanya menyebabkan kerugian materi, seperti bangunan rumah,jalan dan fasilitas umum.
Kasi Kedaruratan BPBD Kabupaten Majalengka, Reza Permana mengatakan, bencana longsor yang terjadi dalam sepekan kemarinberlokasi di 6 wilayah kecamatan,yakni Kecamatan Argapura, Majalengka, Kadipaten, Maja, Cigasong dan Cingambul. Bencana tanah alam ini menimbulkan kerugian materi yang tidak sedikit akibat rusaknya bangunan rumah milik warga, kandang ayam,sekolah,dan sarana umum lainnya.
“Dari 14 kejadian longsor, kerugian materinya cukup besar karena menyebabkan rusaknya sejumlah rumah warga, fasilitas sekolah, kandang ayam, kolam ikan, TPT, sekolah dan jalan,” katanya, Minggu (14/2/2021).
Dengan masih tingginya curah hujan di wilayah Kabupaten Majalengka Reza mengingatkan agar masyarakat dan pihak lainnya untuk tetap waspada. Terlebih bagi mereka yang berada di wilayah yang masuk rawan bencana tanah longsor ataupun banjir.
Sementara itu terkait untuk penanganan korban bencana banjir yang menimpa 40 desa di 9 kecamatan saat ini masih berjalan kata Reza masih terus dilakukan.
BACA JUGA: Sejumlah Wilayah di Majalengka Banjir
Menurut dia, banjir yang diakibatkan meluapnya sejumlah sungai di kasawasan terdampak menyebabkan 10.280 rumah warga terenda yang terdiri dari 12.300 Kepala Keluarga (KK). Sedangkan bila bila dihitung jiwa, maka jumlah korban bajir tercatat sebanyak 34.288 jiwa.
“Untuk penanganannya, kami bersama unsur terkait lainnya, melakukan penangan material longsor, melakukan perbaikan tanggul yang jebol bersama BBWS di Desa Pakubereum dan Desa Kertawinangun,” jelasnya.
Selain itu tambahnya juga dilakukan upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana, termasuk didalamnya tanah longsor. Langkah ini sangat penting untuk mengurangi dampak atau risiko bencana. (Dins)