KOTA CIREBON, SC- Saat ini sejumlah sekolah swasta yang ada di Indonesia, terkhusus di wilayah Kota Cirebon mengalami penurunan jumlah siswanya. Hal itu terjadi, diduga salah satunya karena imbas dari sistem zonasi yang telah diterapkan oleh pemerintah di sejumlah daerah.
SMA Taman Siswa (Tamsis) Kota Cirebon menjadi salah satu sekolah yang mengalami penurunan jumlah siswa saat ini. Dengan jumlah siswa totalnya ada 69 orang, SMA Tamsis itu dahulu memang sempat menjadi sekolah yang unggul dan cukup banyak peminatnya. Namun, saat ini sekolah tersebut justru mengalami pengurangan.
Beberapa factor yang mengakibatkan menurunnya siswa di sekolah swasta di antaranya, masih kata Sugiarto, pertama karena faktor regulasi, kedua mayoritas masyarakat yang memiliki pola pikir fanatik terhadap sekolah negeri, ketiga banyak berdirinya sekolah negeri dan swasta, keempat banyak oknum ormas LSM yang ikut serta dalam PPDB, sehingga memaksakan siswa untuk sekolah di negeri.
“Ini yang membuat sekolah swasta mengalami penurunan, apalagi swasta itu hanya mengandalkan biaya dari BOS. Sedangkan di swasta itu, anak disuruh bayar memang susah, tapi kalau di negeri disuruh bayar itu gampang, meskipun harus memaksakan,” ujarnya.
Menyinggung soal sistem zonasi yang dinilai sangat berpengaruh besar terhadap jumlah siswa di sekolah swasta. Pasalnya, dengan aturan tersebut, banyak siswa yang lebih memilih sekolah negeri terdekat dengan rumahnya.
“Selain itu terkait regulasi sangat berpengaruh, dari empat jalur penerimaan siswa itu ada sistem zonasi, afirmasi, kedinasan/hak guru, dan prestasi. Dari semua jalur, yang paling banyak yaitu jalur zonasi sebanyak 50 persen, sehingga bisa mengurangi siswa di sekolah swasta,” tukasnya.
Menurutnya, dengan sistem zonasi itu, sekalipun siswa nilainya tidak termasuk kriteria di sekolah negeri, namun saat ini bisa diterima karena sistem zonasi (kedekatan jarak).
“Dengan zonasi itulah kita berkurang siswanya. Apalagi ditopang dengan fanatiknya pemikiran masyarakat terhadap sekolah negeri,” ujarnya.
Secara akademik, kata Sugiarto, presentasinya menurun. Dulu sebelum adanya zonasi, 96 persen siswa lulusan sekolah swasta bisa diterima di perguruan tinggi negeri, namun saat ini hanya 64 persen yang bisa diterima. Ini dampak dari zonasi yang jauh sekali penurunannya.
“Saya usulkan kemarin di MKKS Kota Cirebon. Memang barometer swasta itu dari jumlah siswa, sebab lebih banyak siswa lebih banyak dana BOS- nya, sedangkan kemajuan sekolah itu identik dengan 3M itu, karena 3 hal itu satu paket, tidak bisa dipisahkan, namun terkendala dengan adanya sistem zonasi,” bebernya.
BACA JUGA: Siswa MA Salafiyah Bode Ikut UM Berbasis Digital
Adapun, masih kata Sugiarto, sejak digantinya Permendikbud nomor 51 tahun 2018 yang diubah menjadi Permendikbud nomor 44 tahun 2019, di saat itulah swasta menjadi semakin terpuruk. Karena di tahun itu, sudah diterapkan zonasi yang berpengaruh 50 persen dari jalur lain.
“Artinya, saya minta kepada pemerintah untuk mengubah lagi regulasi terkait zonasi khususnya. Karena sekarang ini pemerintah responnya kurang, aspirasi sudah disampaikan, tapi responnya belum ada,” tegasnya. (Yusuf)