KOTA CIREBON, SC- Ketua Organisasi Angkatan Darat (Organda) Kabupaten/Kota Cirebon, Karsono menyebut adanya beberapa sopir angkutan kota (Angkot) yang masih belum menerima dengan kehadiran Bus Rapid Transit (BRT). Pasalnya, para sopir tersebut takut kalah saing dan kehilangan penumpang dengan BRT.
“Namanya gesekan itu ada saja, kadang ada mereka yang berpikiran kalau ada BRT angkot nanti tidak laku. Tapi kita lihat, di kota lain itu kan BRT sudah ada dan angkot pun bisa berkembang,” kata Karsono kepada Suara Cirebon, kemarin.
Kendati demikian, Karsono mengaku akan terus melakukan pendekatan terhadap para sopir angkot. Menurutnya, para sopir angkot harus dirangkul dan diajak bicara secara langsung.
“Saya terus melakukan pendekatan terhadap sopir-sopir angkot. Saya yakin, kalau mereka diajak bicara, tidak ada persoalan lagi terkait BRT. Kadang dari kitanya tidak mau membuka diri, sehingga terjadinya gesekan dari mereka. Insyaallah dengan cara pendekatan melalui komunikasi, tidak akan terjadi seperti itu lagi,” paparnya.
Ia juga menegaskan para sopir angkot akan difasilitasi menjadi sopir BRT. Selain tenaga sopir, pihaknya juga akan tetap mengakomodir mereka dengan lowongan pekerjaan baru. Karena, nanti di BRT ada petugas yang mengatur tiket, yang membantu sopir, kernet dan lainnya.
“Otomatis kita harus melakukan pendekatan terhadap rute angkutan umum yang sudah ada, sebenarnya kendalanya kemarin sudah klir, cuma masalahnya belum tersedia biaya operasional dari pemerintah daerah,” ujarnya.
Terkait angkot, menurutnya, kendaraan angkutan umum yang ada sekarang ini kurang layak dari segi kesehatan kendaraan. Hal itu karena pengusaha angkot tidak mampu melakukan perbaikan. Apalagi, katanya, Cirebon hawanya panas, sedangkan BRT ini memakai AC. Selain itu, karena ini BRT mendapat subsidi pemerintah, otomatis biaya operasionalnya tidak terlalu mahal.
“Saya melihat kebutuhan masyarakat ke arah sana, transportasinya lebih modern, nanti pemesanan bisa pakai online, bayarnya bisa pakai uang elektronik. Seperti kota-kota yang sudah ada, seperti Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung, Bekasi, itu semua bisa mengoperasikan. Masa Cirebon tidak mampu padahal tinggal mengoperasikan saja?” tanya Karsono.
Maka dari itu, Karsono menegaskan bahwa BRT harus segera beroperasi. Menurutnya, memang pemerintah daerah rencananya akan menggandeng pihak swasta. Hal itu diungkapkan saat pertemuan presentasi sebelumnya yang rencananya akan ditindaklanjuti terutama bagaimana supaya BRT meluncur dengan situasi yang kondusif.
“Biaya operasional yang menghambat BRT tidak siap, nah sekarang ada dari pihak swasta yang siap membiayai, kalau kami sebagai organisasi pengusaha angkutan darat, mau dibiayai pemerintah ataupun swasta, tapi yang penting pelayanan terhadap masyarakat,” ujarnya.
Adapun untuk trayeknya, kata Karsono, BRT rencananya akan melewati jalur baru Ciperna, yaitu dari kota keliling masuk jalur baru Ciperna, kemudian masuk lagi kota, jadi menghubungkan kota dan kabupaten, terutama di daerah pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon.
“Karena pangsa pasarnya yang kami lihat seperti itu, orang menaiki angkutan umum itu kebanyakan ada kebutuhan. Sebenarnya ada lagi destinasi wisata nantinya. Kita akan berkembang, misalkan 10 unit ini ini dibagi dua jalur, kami akan melakukan evaluasi dan penggodokan,” katanya.
Sementara itu, menanggapi adanya BRT yang akan segera dioperasikan, sejumlah sopir angkot menyatakan menolak keberadaan angkutan modern. Seperti diungkapkan sopir angkot yang kerap dipanggil Raden.
“Apa iya semua akan difasilitasi menjadi sopir BRT? Sedangkan sopir angkot saja di wilayah Kota Cirebon ada lebih dari 100, bagaimana bisa akan menjadi sopir BRT yang jumlahnya hanya 10 bus? Harus disosialisasikan dulu ke semuanya, kalau tidak mungkin akan protes seperti awal adanya ojek online dulu,” kata Raden, Selasa (2/3/2021).
BACA JUGA: BRT Direncanakan Mulai Beroperasi Awal April
Senada, sopir angkot jurusan arah Perumnas Kota Cirebon, Fredi mengaku, saat ini pendapatan sopir turun drastic sejak adanya ojek online. Jika ditambah beroperasinya BRT, penghasilan para sopir jelas akan kembali tertekan.
“Teman-teman sopir pastinya akan menolak, karena sekarang saja kita kesulitan pendapatan sejak adanya ojek online. Kalau sekarang ditambah ada BRT jelas akan menggerus pendapatan para sopir yang treayeknya beririsan dengan rute BRT. Ini yang harus dipikirkan akan tidak menimbulkan gelombang protes dari para sopir angkot,” katanya. (Yusuf)