Peringatan haul merupakan tradisi rutin tahunan bagi masyarakat pesantren. Rangkain acara haul tersebut dimulai dengan Khataman Al-Quran Binnadzor oleh para santri dilanjut dengan do’a khotmil quran dan makan bakso berjama’ah di Aula Pondok Pesantren Al-Ikhlash Kanggraksan.
KH Qusyaeri yang wafat pada 2011 merupakan salah seorang kiai kharismatik selain Habib Muhammad Jagasatru yang sepanjang perjalanan hidupnya termasuk orang sederhana dari kalangan keluarga biasa. Hal ini bisa dilihat dari strata sosial dan mata pencaharian kedua orang tuanya yakni sebagai petani biasa dan ibu rumah tangga.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhlash Kanggraksan, Ustadz Haris Usman Hakim mengatakan, KH Qusyaeri merupakan orang yang teguh pendirian dan istiqomah.
“Karena Abah saya itu da’i kondang, jadi sering pengajian ke luar. Namun, ketika hendak pengajian di luar, beliau tak pernah meninggalkan pengajian Tafsir Jalalain ba’da maghrib di pondok,” ujarnya, Minggu (4/4/2021)
Ustadz Haris Usman Hakim yang akrab disapa Abah oleh santri juga mengutarakan bahwa sosok Almarhum KH Qusyaeri merupakan sosok yang bijak dalam bertindak dan tegas dalam bersikap.
“Mama KH Qusyaeri selalu tegas dalam menyikapi sesuatu, tak peduli dengan cemoohan orang lain dalam menyampaikan kebenaran, tapi pada akhirnya masyarakat sendiri mengakui kebenaran itu,” katanya.
BACA JUGA: Bupati Ajak Tata Kemuliaan Diri
Ia juga menyampaikan bahwa adanya peringatan haul ini merupakan cara bagi keluarga dan santrinya untuk mengingat dan meneladani perjuangan para muassis dan masyayikh pesantren dalam menyebarkan agama Islam.
“Kita mengambil i’tibar dari keteladanan dan perjuangan para muassis dan masyayikh supaya mendapat keberkahan dari kesolehan mereka,”ungkapnya.
Seperti diketahui, acara haul merupakan agenda rutin tahunan Pondok Pesantren Al-Ikhlash yang didirikan tahun 1935 Masehi oleh KH Abdusshomad (Mama Makhdum) bin KH Abdul Aziz bin Raden Murta bin KH Imam Prabu. (Joni)