MASJID Agung Al Imam Majalengka telah mengalami beberapa kali perubahan, sebelum terlihat seperti sekarang ini. Hanya satu yang tidak berubah, yakni fungsi masjid sebagai pusat pengembangan agama Islam di Kabupaten Majalengka hingga saat ini. Masjid Al Imam dapat dikatakan sebagai saksi sejarah perkembangan agama Islam di Kabupaten Majalengka.
Dihimpun dari berbagai sumber, masjid kebanggaan masyarakat Majalengka ini bila dihitung dari awal pembangunan usianya sudah lebih dari 100 tahun.
Bangunan yang berdiri kokoh di jantung Kota Majalengka ini awalnya hanya sebuah masjid kecil, hanya mampu menampung jamaah dengan jumlah terbatas. Seiring dengan makin bertambahnya jamaah, maka dilakukan perbaikan dan perluasan oleh Kyai Imam Safari, yang menjabat sebagai penghulu kabupaten saat itu.
”Awalnya Al Imam ini adalah masjid kecil berbentuk bangunan panggung. Penyempurnaan mulai dilakukan oleh tokoh agama Islam Majalengka Kyai Imam Safari yang saat itu menjadi penghulu kabupaten,” ungkap H Lili Solihin, Rabu (28/04/2021).
BACA JUGA: Pemkab Majalengka Tetapkan Zakat Fitrah Rp27.500,00
Mantan Ketua DKM Al-Imam ini menjelaskan, berdasarkan catatan pada awal pembangunannya, masjid yang sekarang terlihat kokoh dan megah itu hanyalah masjid biasa yang berbentuk panggung.
Ketika Kyai Imam Safari yang menjabat sebagai penghulu kabupaten, lanjut dia, muncul gagasan serta keinginan untuk melakukan renovasi masjid. Renovasi serta perluasan dilakukan karena semakin padatnya jamaah serta kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam waktu itu.
“Keberadaan Masjid Al Imam ini semakin menggairahkan aktivitas keagamaan di Kabupaten Majalengka, termasuk banyak para kyai dan ulama dari daerah yang melakukan kegiatan di Masjid Al Imam.
Seiring dengan perjalanan waktu, renovasi kembali dilakukan pada tahun 1888. Renovasi masjid kali ini dimpin oleh Kyai Hasan Basyari. Renovasi yang dilakukan sekitar tahun 1888 tidak mengubah bentuk asli dari bangunan masjid yang berbentuk panggung.
Perubahan bangunan masjid dari bentuk panggung kata Lili baru dilakukan pada tahun 1900 ketika Kabupaten Majalengka dipimpin oleh Bupati Raden Mas Salam Salmon dengan penghulu kabupaten Kyai Haji Muhammad Ilyas.
”Renovasi yang dilakukan waktu itu hampir menyeluruh, sehingga mesjid yang tadinya berbentuk panggung diubah menjadi lantai,” jelasnya.
Perbaikan dan penambahan fasilitas terus dilakukan pada Mesjid Al-Imam, seperti pada tahun 1967 pada masa Bupati Kolonel Raden Anwar Sutisna. Renovasi kemudian diteruskan oleh penggantinya, yaitu Bupati Rd. Saleh Sediana. Masjid yang semula hanya satu lantai, setelah renovasi berubah bentuk menjadi dua lantai.
“Perbaikan atau renovasi masjid ini memakan waktu yang cukup lama, secara keseluruhan pembangunan Al-Imam baru dapat dituntaskan pada tahun 1977,” urainya.
Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada masa kepemimpinan Bupati Haji Rd.E. Djaelani, yaitu tahun 1984, perbaikan kembali dilakukan pada masjid Al Iman. Selain dilakukan perbaikan pada bagian gedung, pada tahun itu juga bangunan masjid diperluas agar bisa menampung jamaah yang lebih banyak.
Pembenahan terus dilakukan hingga tahun 1990, yaitu dengan mengubah bentuk atapnya menjadi bentuk kubah. Dan perbaikan terakhir dilakukan pada tahun 2003 ketika Kabupaten Majalengka dipimpin oleh Bupati Hj. Tutty Hayati Anwar.
BACA JUGA: Jamaah Masjid Al Imam Majalengka Dibatasi
Menuru Lili dari awal di bangun hingga sekarang, masjid Al Iman bukan hanya sebagai tempat sholat. Masjid ini menjadi saksi sejarah perkembangan agama Islam di Kabupaten Majalengka.
“Karena di masjid ini dilakukan kegiatan peribadatan, penyebaran informasi keagamaan, menjalin ukhuwah islamiyah serta pembinaan sosial kemasyarakatan serta pengembangan kebudayaan Islam,” jelasnya.
Renovasi Masjid Al Imam kembali dilakukan pads 2018 lalu. Renovasi kali ini dilakukan dengan sumber anggaran bantua Pemprov Jawa Barat. Renovasi yang menelan anggaran miliaran rupiah itu membuat wajah masjid kebanggaan warga Majalengka ini terlihat lebih mewah dan megah, seperti yang terlihat sekarang.(Dins)