PARA arkeolog yang melakukan penelitian di Situs Candi Dingkel, Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, menyimpulkan bangunan Kuna yang sedang dilakukan ekskavasi ini sudah menerapkan teknologi tahan gempa. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lapisan pecahan bata halus (gravel) yang mengelilingi lantai dasar bangunan.
Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Penelitian Arkeologi Situs Sambimaya, Nanang Saptono, melalui keterangan tertulis yang diterima Suara Cirebon, Selasa (1/6/2021).
Nanang memaparkan, temuan berupa pecahan bata setebal 10 sentimeter yang mengelilingi bangunan ini merupakan stabilizer atau penahan gempa dari sebuah bangunan.
Artinya, kata Nanang, para undagi pada kala itu sudah memikirkan dampak dari kebencanaan dari bangunan yang didirkan di kawasan yang rawan bencana.
“Hari ini kita menemukan lapisan gravel atau pecahan bata yang berfungsi sebagai penahan gempa dari sebuah bangunan,” jelasnya.
Nanang mengatakan, lapisan penahan gempa ini juga ditemukan di situs-situs arkeologi lainnya di Indonesia seperti kompleks percandian Batujaya di Kabupaten Karawang, dan kompleks percandian Prambanan di Jawa Tengah.
“Kalau di Prambanan menggunakan kerikil sebagai lapisan penahan gempanya. Sementara di Batujaya sama dengan di Sambimaya ini menggunakan pecahan bata merah,” kata Nanang Saptono.
Sementara itu, Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten, Sony Prasetiya Wibawa mengatakan, progres ekskavasi di situs Dingkel 1 hingga hari ke-enam ini sudah dapat menemukan dinding struktur bangunan, sudut struktur bangunan, dan lantai bangunan berundak.
BACA JUGA: Semburan Lumpur di Cipanas Keluarkan Bau Menyengat Hingga 300 Meter
Soni berharap, dengan temuan tersebut dapat terungkap bangunan apa yang ada di areal persawahan di Blok Dingkel, Desa Sambimaya tersebut.
“Bisa jadi ini komplek pemukiman di mana ada areal sakral dan profannya atau bangunan lain yang masih memerlukan penelusuran mendalam,” tandas sonny. (Yusuf/Rilis)