MAJALENGKA, SC- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kertajati Majalengka, Jawa Barat mengimbau masyarakat mewaspadai munculnya angin Kumbang. Angin yang biasa terjadi pada awal Juli hingga Oktober sering disebut pula angin Lalakina.
Menurut Prakirawan BMKG Kertajati, Ahmad Faiz Zyin mengatakan, munculnya angin Kumbang biasanya ditandai dengan penurunan kelembaban udara antara 5 hingga 34 persen per jam pada pagi hingga siang hari.
Angin kumbang, menurut Faiz Zyin, merupakan angin Fohn, angin yang bertiup turun sepanjang lereng gunung menuju dataran yang lebih rendah dengan suhu udara yang tinggi, dengan tingkat kelembaban udara yang rendah.
”Angin tersebut ditandai dengan adanya kenaikan suhu udara sebesar 2-5 derajat celsius per jam pada pagi hari hingga siang hari. Untuk wilayah Majalengka, Cirebon dan Kuningan, angin Kumbang ini berasal dari Gunung Ciremai,” ungkap A Faiz.
Menurutnya, dampak dari munculnya angin kumbang tersebut, akan terjadi kenaikan suhu udara mencapai 38 derajat celsius. Akibat terjadinya penurunan kelembaban udara hingga dapat mencapai 20 persenan, serta peningkatan kecepatan angin mencapai ratusan km per jam.
“Pada saat muncul angin Kumbang disarankan agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi air minum,” sarannya.
Selain itu, kata dia, sebaiknya menggunakan pelembab atau lotion karena kulit akan kering, menggunakan tabir surya dan persiapan luar ruangan lainnya seperti kaca mata dan masker di samping mengantisipasi paparan virus Covid-19.
“Selain itu, kami mengimbau masyarakat agar menghindari pepohonan yang rimbun dan tinggi untuk menjaga kemungkinan pohon tumbang akibat tiupan angin besar tersebut,” katanya.
Wilayah Kabupaten Majalengka lanjutnya sudah memasuki musim kemarau sejak Juni lalu.Meski demikian musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali, karena hujan masih tetap ada dengan intensitas curah hujan di bawah 155 mm per bulan.
BACA JUGA: DAS Rusak, Bencana Banjir Mengancam
Pada umumnya menurut Faiz Zyin, musim kemarau tahun ini diprakirakan bersifat di atas normal, yang berarti kondisi curah hujannya lebih banyak dari tahun 2020 lalu atau dari rata-rata normalnya.
“Beberapa hari kemarin suhu udara terasa dingin pada malam dan pagi hari. Ini disebabkan adanya pergerakan massa udara dingin dan kering dari Australia ke Asia yang melewati wilayah-wilayah Indonesia,” jelasnya.
Saat musim kemarau tiupan awan lanjutnya sedikit, atau bisa dikatakan tidak ada sehingga bumi ini jadi semacam tidak berselimut, lalu panas yang diserap pada siang hari akan sangat mudah dilepas pada malam hari, sehingga malam hari terasa lebih dingin dari biasanya. (Dins)