SURAKARTA, SC- Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) menyelenggarakan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-20.
Kegiatan yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Surakarta ini diselenggarakan selama 4 hari, yaitu Senin-Kamis (25-28/10/2021).
Dalam sambutannya, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk komitmen pihaknya dalam memberikan penguatan kapasitas kepada para ilmuan dan dunia intelektual, baik secara khusus di kalangan Kementerian Agama maupun di Indonesia secara umum.
“Kegiatan AICIS ini merupakan upaya kita bersama untuk terus mengembangkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, menajamkan intelektualitas, dan memberikan kontribusi yang nyata kepada bangsa, agama, dan kemanusiaan,” ujarnya .
Berdasarkan laporan yang diterimanya, AICIS tahun 2021 ini melibatkan pembicara kunci dan undangan yang berasal dari mancanegara serta dari latar belakang agama yang berbeda.
“Walaupun AICIS ini merupakan perhelatan internasional dalam bidang Studi Islam, namun para ilmuwan dan guru besar pemerhati Islam dari berbagai kalangan juga dihadirkan,” katanya.
Menurut Yaqut, ini menandakan AICIS merupakan sebuah miniatur kajian Islam di Indonesia yang terbuka dan moderat. Bahkan, AICIS juga menunjukan masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk Islam, memiliki sikap terbuka atas kajian kritis dan ilmiah dari kalangan manapun.
“Fakta bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang moderat dan inklusif inilah yang menjadi rujukan bagi Kementrian Agama untuk terus mengusung moderasi beragama sebagai ciri khas bangsa, baik di dalam lingkup kita bangsa Indonesia sendiri maupun dalam pergaulan internasional,” ucapnya.
Selain itu, Yaqut memaparkan, Kementerian Agama juga telah sejak lama melakukan berbagai kegiatan yang menjadi wahana untuk terus tumbuh dan berkembangnya sikap moderasi beragama.
Karena, lanjut dia, selain menjadi wadah desiminasi keilmuan hasil riset para ilmuwan, dosen, dan mahasiswa di kalangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), AICIS juga tidak saja mampu menguatkan jalinan solidaritas antarsivitas akademika di PTKI se-Indonesia, tetapi juga menambah jejaring dengan para ilmuan luar negeri, baik yang papernya lolos di AICIS, maupun para pembicara yang diundang dalam forum tersebut.
“Lebih dari itu, AICIS ini saya harapkan untuk mampu menjadi sarana bagi para sivitas akademika PTKI di lingkungan Kementrian Agama untuk memberikan kontribusi terbaiknya kepada pemerintah Indonesia secara nyata. Hasil-hasil karya anak bangsa tersebut yang merupakan hasil riset mendalam di bidang Studi Islam, hendaknya juga berdampak signifikan bagi masyarakat dunia,” tuturnya.
Yaqut menjelaskan, AICIS ke-20 Tahun 2021 ini mengangkat tema “Islam In A Changing Global Contex: Rethinking Fiqh Reactualization and Public Policy”.
Tema tersebut, kata dia, sebuah tema yang sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini. Pada awalnya, tema yang akan diusung yaitu terkait public policy saja dan tema itu sudah disiapkan oleh panitia sejak sebelum pandemi Covid-19.
“Tetapi saya kemudian meminta kepada panitia untuk mengubahnya dan memasukan kajian fiqh dalam era pandemi ini,” ungkap Yaqut.
Masih kata Menteri, AICIS ke-20 tahun ini juga hendaknya menjadi momentum untuk bergeliat, tidak lagi terlena dengan kondisi pandemi Covid-19.
“Melalui forum ini, saya meminta kepada para rektor atau ketua PTKIN untuk mendukung penuh kegiatan- kegiatan akademik yang merupakan core values sebuah perguruan tinggi,” katanya.
BACA JUGA: Dialog Budaya Keagamaan dan Transformasi IAIN Cirebon ke UISSI, Canggih dan Moderat
Bahkan, dirinya juga meminta kepada pimpinan PTKI untuk memberikan ruang riset yang lebih luas kepada para sivitas akademika. Sehingga, dunia riset dapat berkembang dengan baik dan menjadi andalan dalam pertimbangan kebijakan publik.
“Dunia kampus hendaknya terhubung dengan dunia pasar, sehingga hasil- hasil risetnya dapat berdampak nyata. Kampus tidak boleh menjadi menara gading. Hasil-hasil riset yang dipresentasikan di AICIS ini sudah selayaknya menjadi asupan gizi bagi masyarakat yang ditunggu-tunggu oleh stakeholder yang siap untuk memanfaatkannya,” tandas Yaqut. (Arif)