LEBIH dari seratus siswa kelas XI SMAN 1 Sindang tidak mengikuti studi banding yang dijadwalkan akan berangkat pada hari Sabtu (28/5) hingga hari Kamis (2/6). Alasan mereka beragam dari mulai tidak mampu membayar biaya studi banding hingga berpikiran realistis untuk keperluan yang lebih penting dan mendesak dibanding harus membayar untuk keperluan studi banding.
Sejumlah siswa mengaku tidak mengikuti studi banding karena faktor ekonomi orangtua terlebih studi banding digelar usai lebaran sehingga banyak orang tua yang memilih tidak memberangkatkan anaknya untuk studi banding ke Yogyakarta dan Malang.
Beberapa siswa bahkan berpikiran realistis. Mereka memilih tidak ikut studi banding yang diadakan oleh SMAN 1 Sindang karena biaya sebesar dua juta rupiah lebih banyak manfaatnya digunakan untuk kegiatan lain, semisal membayar bimbingan belajar dan kegiatan lainnya.
BACA JUGA: Selamat, 290 Mahasiswa UMC Diwisuda
“Anak saya mas memilih untuk bayar bimbingan belajar ketimbang harus ikut studi banding. Meski risikonya harus membuat laporan ke perguruan tinggi atau universitas terdekat,” kata seorang ASN golongan tiga di salah satu dinas di Pemkab Indramayu.
Para orangtua menyarankan agar pola studi banding dirubah dengan hal serupa yang lebih murah dan tidak mengeluarkan biaya banyak seperti pihak sekolah mendatangkan tim Kehumasan dari kampus yang akan dituju oleh siswa.
“Undang saja pihak kampusnya ke sekolah. Selain murah bisa dialokasikan anggarannya dari dana BOS,” jelas orang tua siswa lainnya.
BACA JUGA: Disdik Kabupaten Cirebon Pastikan Hari Ini KBM 100 Persen
Hal ini untuk tidak menimbulkan kesenjangan antarsiswa baik yang berangkat studi banding dan siswa yang tidak berangkat studi banding. Pihak sekolah seharusnya jauh jauh hari memikirkan hal ini. Apalagi SMAN 1 Sindang yang setiap tahun selalu menjadi sorotan publik.
Pihak biro perjalanan juga tidak menampik bila biaya besar itu ditentukan oleh keinginan siswa dan pihak sekolah itu sendiri. Dari biaya biaya itu ada fee khusus untuk pihak sekolah. Biasanya berkisar antara 5 persen hingga 10 persen.
“Sudah menjadi rahasia umum kalau ada fee untuk pihak sekolah. Fee-nya macem macem dari mulai cash back, jamuan service makan hingga kamar hotel khusus untuk kepala sekolah,” jelas agen biro perjalanan yang kerap menerima order studi banding.
BACA JUGA: Komisi IV DPRD Cirebon Minta Bupati Perhatikan Guru PAUD
Meski hampir separuhnya siswa tidak mengikuti studi banding, pihak sekolah dan panitia studi banding tetap memberangkatkan sekitar 200-an siswa kelas XI yang sudah membayar penuh. Masing masing siswa dikenakan biaya studi banding sebesar Rp 2 juta rupiah.
“Ada sekitar enam bis yang akan berangkat. Jumlah siswanya sekitar 200-an,” jelas sumber di SMAN 1 Sindang.
Mereka akan didampingi oleh wali kelas, guru bimbingan konseling, kepala sekolah dan dua orang Wakasek bidang kesiswaan dan Wakasek bidang Humas.
BACA JUGA: Warkina, Pegiat Literasi Pado Maco Resmi Jadi PPPK Setelah 20 Tahun Mengabdi
Dalam studi banding selama lima hari tersebut, hari pertama akan digunakan untuk tour di sekitar wilayah Yogyakarta, hari kedua kunjungan ke Universitas Gajahmada. Selanjutnya, pada hari ketiga akan berwisata ke Gunung Bromo dan wisata di kawasan Batu Malang.
Tidak tanggung-tanggung, untuk studi banding kali ini seluruh rombongan yang terdiri dari kepsek, Wakasek, wali kelas dan guru BK serta 200-an siswa SMAN 1 Sindang akan menginap di hotel bintang empat. (Kirno)