“Saat meletus perang Rusia-Ukraina ratusan PMI dipulangkan dari Ukraina, padahal sama sekali tak ada yang tahu ada PMI di negara tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, pola pemberangkatan PMI ke negara Timur Tengah kebanyakan menggunakan visa ziarah.
“Modusnya, pihak perusahaan penempatan PMI itu sengaja membelikan tiket pesawat kepada calon PMI tiket pulang pergi (PP), sehingga dari pihak bandara di negara Timur Tengah percaya mereka akan melakukan ziarah dan akan segera kembali ke Indonesia,” katanya.
BACA JUGA: Kabupaten Cirebon Penyumbang Buruh Migran Terbanyak
Menurut Hasan, meski moratorium diberlakukan untuk negara Timur Tengah, tetapi negara di kawasan itu sangat membutuhkan PMI untuk bekerja di negaranya.
“Harga tiket sekali penerbangan sekitar Rp14 juta (Rp28 juta PP, red). Sementara para PMI yang diberangkatkan per orang dibeli dengan harga antara Rp100 juta sampai Rp140 juta,” ujarnya.
Untuk memuluskan merekrut korban, calon PMI diiming-imingi diberi uang jaminan sebesar Rp5 juta. Hasanudin menjelaskan, dalam melancarkan aksi merekrut calon PMI di desa-desa, para mafia TPPO itu meminta bantuan para sponsor. Mafia TPPO itu bahkan berani membayar per orang calon PMI yang dibawa sponsor Rp21 juta.