Masyarakat memadati jalan-jalan yang menjadi rute arak-arakan pawai perayaan 15 hari setelah Imlek tersebut.
Pawai itu melintasi rute Vihara Dewi Welas Asih-Pasuketan-Pekiringan-Prujakan-Sukalila-Karanggetas-Kanoman dan kembali ke Vihara Dewi Welas Asih.
BACA JUGA: Tradisi Gadis Jomblo China Cari Jodoh ini Unik, Ada di Tiap Perayaan Cap Go Meh
Pawai yang sempat ditiadakan selama dua tahun karena pandemi Covid-19 itu, menjadi salah satu hiburan yang paling ditunggu, tidak hanya oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga warga dari beragam latar belakang.
Meski acara baru dimulai pukul 13.30 WIB, namun tak sedikit anak-anak hingga warga paruh baya yang telah berdiri menunggu di pinggir jalan sejak pukul 12.00 WIB.
Beberapa dari mereka bahkan ada yang memanjat pagar dan menaiki atap mobil.
BACA JUGA: Ternyata Begini Cara Gadis Jomblo Etnis China Cari Jodoh, Tradisi Tiap Perayaan Cap Go Meh
Massa yang tumpah ruah ditambah padatnya kendaraan warga yang ingin menyaksikan pawai Cap Go Meh membuat arus lalu lintas di sekitar Vihara Dewi Welas Asih, macet total.
Sejumlah kendaraan yang terlanjur terjebak kemacetan memanfaatkan untuk mengabadikan momen pawai tersebut dari dalam kendaraan.
Saat beragam joli berisi patung dewa-dewi yang dipuja dalam klenteng dan vihara (taopekong) digotong beberapa orang berkostum serba merah diiringi tetabuhan khas, beberapa warga etnis Tionghoa yang telah menunggu di tepi jalan langsung meraparkan tangan sambal memanjatkan doa.
BACA JUGA: Cap Go Meh Festival Pecinan di Cirebon Siap Ramaikan Perayaan Imlek
Masyarakat Tionghoa percaya, saat perayaan Cap Go Meh (15 hari setelah Imlek), dewa-dewi turun ke bumi.
Karenanya, tidak sedikit warga Tionghoa yang memanjatkan doa saat joli berisi taopekong itu melintas.
Terlebih, patung dewa-dewi yang diarak joli itu berasal dari berbagai vihara dan klenteng se-Wilayah III Cirebon. Sehingga jumlahnya mencapai belasan taopekong.
Suasana semakin meriah dengan kehadiran atraksi barongsai dan liong yang dimainkan sejumlah anak muda.
Atraksi liong yang meliuk-liuk mengejar bola api diiringi tetabuhan menambah seru suasana.
Masyarakat pun tak menyia-nyiakan momen itu untuk mengambil gambar atau berswafoto. Tak sedikit pula pengunjung yang merekam peristiwa itu dalam bentuk video.
Seperti tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19, pawai Cap Go Meh tahun 2023 ini juga dimeriahkan dengan keikutsertaan pihak Keraton Kanoman.
BACA JUGA: Sejarah Lampion, Identik Imlek dan Cap Go Meh, Berharap Doa Dikabulkan
Bahkan Patih Keraton Kanoman, Pangeran Patih Raja Muhammad Qadiran memimpin langsung rombongan keraton.
“(Cap Go Meh) ini adalah budaya yang harus dilestarikan. Kami mendukung penuh acara ini,” Kata Pangeran Qodiran, di sela pawai.
Menurut Qodiran, kebhinekaan di Cirebon telah terjaga sejak ratusan tahun lalu.
Bahkan, Sunan Gunung Jati selaku tokoh penting di Kasultanan Cirebon beristrikan putri Ong Tien Nio yang merupakan putri dari Kerajaan Cina.
BACA JUGA: Catatan Feng Shui, Kamar Tidur Tidak Boleh Samping Dapur, Dimana Idealnya Kamar Mandi
Menurut dia, Sunan Gunung Jati yang juga salah satu Wali Sanga atau ulama besar penyebar Islam di Jawa telah mengajarkan warga hidup bersanding dengan berbagai agama.
“Budaya Cirebon itu menyatu meski orangnya berbeda. Saya berharap, (keberagaman) ini dilestarikan untuk menjaga kekayaan, aset bangsa ini. Jangan sampai ada perpecahan. Kami sebagai penerus akan menjaga ini,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua Panitia Perayaan Imlek dan Cap Go Meh Wihara Dewi Welas Asih, mengatakan, pengunjung membeludak karena acara itu vakum dua tahun sebelumnya saat pandemi Covid-19. Sebanyak 6 barongsai, 3 liong, dan 10 joli turut menyemarakkan.
“Selain melestarikan tradisi, kami juga berharap, dengan Cap Go Meh ini kebinekaan terus terjaga,” ujar Iwan.
Sementara, Wakil Wali Kota Cirebon, Hj Eti Herawati mengapresiasi keterlibatan banyak pihak dalam gelaran Cap Go Meh tahun ini.
Menurut Eti, Pemkot Cirebon sangat mendukung kegiatan yang merawat kebhinakaan tersebut.
Hal itu, lanjut Eti, salah satunya diwujudkan dalam dukungan pada penyelenggaran Festival Pecinan untuk memeriahkan Cap Go Meh tersebut.
BACA JUGA: Warga Tionghoa Sangat Menghindari Ini di Malam Imlek
“Sejak Jumat hingga Minggu ini kami menggelar Festival Pecinan untuk memeriahkan Cap Go Meh. Kami selalu mendukung kegiatan ini,” ucapnya.
Salah seorang penunjung yang mengaku warga Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Gojim (31) mengatakan, pawai Cap Go Meh sangat dinantikan oleh kedua oarng anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan pendidikan anak usia dini (PAUD).
“Anak-anak saya selalu tanya kapan bisa lihat barongsai lagi, karena kan dua tahun kemarin tidak ada pawai Cap Go Meh karena Covid-19. Sekarang mumpung ada kami berangkat sejak jam 10 pagi tadi,” ujarnya.
BACA JUGA: Alasan Jeruk Wajib Ada di Sajian Tahun Baru Imlek, Ini 6 Jenis Jeruk yang Cocok
Pantauan Suara Cirebon, panitia Cap Go Meh Cirebon membagikan air mineral dalam kemasan gelas, gratis untuk warga.
Sementara di Vihara Dewi Welas Asih, sejumlah warga Tionghoa terpantau datang secara bergilir untuk berdoa dan sembahyang.
Tempat ibadah yang terbuka bagi masyarakat itu ramai dimasuki warga yang belum pernah tahu isi vihara. Terlebih, tak ada larangan bagi warga untuk memasuki Vihara Dewi Welas Asih.***
BACA JUGA: Imlek Perayaan Awal Tahun, Dongzhi Jadi Penutup Tahun, Begini Kata Suhu Jeremy Huang