Qomarudin berhasil meraih peringkat ke 4 dalam ajang debat berbahasa Arab, menyisihkan puluhan peserta se-Asia, pada even bergengsi tingkat internasional tersebut.
“Saya berangkat ke Timur Tengah tepatnya di Negara Oman pada Jumat 27 Januari 2023, dimana saya memenuhi tugas sebagai peserta dalam ajang bergengsi tersebut,” ujar Kang Komeng –sapaan akrab Qomarudin, saat ditemui di kampung halamannya di Desa Balerante, Selasa (7/2/2023).
Sebagai intelektual, Komang mengaku terpanggil saat didaulat mengikuti ajang yang diikuti perwakilan negara se-Asia itu.
“Kolaborasi tim yang solid, kami berhasil keluar sebagai juara ke 4 mengalahkan 18 negara di Asia, mewakili Indonesia. Raihan prestasi tersebut tentunya bukan upaya instan namun telah dipersiapkan jauh sebelumnya,” ujar Komeng.
Menurut Komeng, dengan basic sebagai seorang santri yang lama menggeluti sejumlah kitab kuning dan tumpukan mushaf, semua rintangan pun berhasil dilalui.
Meski belum berhasil meraih peringkat kesatu, namun torehan juara empat pun sudah menjadi kebanggaan. Pasalnya, dirinya baru kali pertama mengikuti lomba debat Arab tingkat internasional.
“Awal ketertarikan saya dalam bidang bahasa Arab sudah dari masa pendidikan di pesantren. Saya pun getol mempelajari ilmu nahwu dan shorof untuk memperluas pengetahuan tentang gramatikal bahasa Arab,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Komeng juga mengaku menambah wawasan kebahasaan dengan memanfaatkan teknologi.
BACA JUGA: PERHATIKAN! Ini 4 Syarat Kesehatan untuk Ibadah Haji
“Saya berteman dengan sejumlah orang Timur Tengah melalui jejaring Facebook. Komunitas virtual dimanfaatkan untuk menyesuaikan aksen-aksen bahasa Arab termasuk vocab-nya,” ujar Komeng.
Sebagai pelajar sekaligus santri dengan segala keterbatasan, Komeng sadar akan keilmuan yang dimiliki.
“Saya optimis menjadi orang besar dalam mencapai mimpi harus terus belajar,” tegasnya.
Terbukti, dengan bekal keilmuan ditambah himmah atau semangat bisa membawanya hingga terbang ke Timur Tengah. Negara yang menjadi dambaan untuk didatangi sejak menjadi seorang santri, yang awalnya hanya angan-angan.
BACA JUGA: Satu Abad NU, Nahdliyin dan Santri, Ramaikan Medsos Lewat 19 Link Twibbon di Bawah Ini
“Isun kaya ngimpi, ana ning kana (saya serasa mimpi ada di sana, red). Mimpi ini menjadi kenyataan dan percaya akan takdir Allah,” ujarnya.
Komeng mengaku banyak pelajaran dan pengalaman yang diraih setelah mengikuti ajang tersebut. Ia berharap, minimalnya apa yang dilakukannya bisa menjadi inspirasi bagi pemuda Indonesia khususnya di Cirebon.
“Asalkan tetap belajar, berdoa dan terus semangat dalam meraih harapan demi mewujudkan cita-cita yang diinginkan,” pungkasnya.***
BACA JUGA: Begini Kronologi Santri Junior Tewas Dibakar Santri Seniornya