SUARA CIREBON – Puluhan warga Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, meluruk kantor balai desa setempat, untuk mempertanyakan realisasi pelaksanaan penanganan banjir rob yang dijanjikan Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, Rabu, 22 Maret 2023 lalu.
Pasalnya, janji yang diutarakan pada 2021 lalu tersebut, sempat ditindaklanjuti oleh tim ahli KSP dengan meninjau kawasan tambak garam di Desa Rawaurip, pada tahun 2022.
Dalam kunjungan lanjutan tersebut mengemuka, untuk mengatasi banjir rob di Desa Rawaurip akan dibangun breakwater atau pemecah ombak.
Namun, hingga memasuki masa budidaya tanam garam, pembangunan breakwater tersebut belum kunjung direalisasikan. Hal itu membuat petambak garam merasa khawatir saat musim budidaya garam nanti, banjir rob kembali menghantui.
Salah seorang petambak garam desa setempat, Jaenudin, mengatakan, dirinya bersama warga lainnya mendatangi kantor desa setempat untuk mempertanyakan realisasi proyek pembangunan breakwater yang dijanjikan Kepala KSP, Moeldoko.
“Belum dibangunnya breakwater ini membuat kami para petambak garam merasa terancam gelombang air pasang yang kerap merendam lahan tambak garam di Desa Rawaurip ini,” kata Jaenudin kepada Suara Cirebon.
Menurutnya, keberadaan tembok pemecah ombak atau breakwater minimal bisa mengurangi potensi kerugian para petani saat memulai budidaya garam.
“Saya, mewakili para petani, memohon sebesar-besarnya pada pemerintah pusat melalui KSP khususnya Bapak Moeldoko, agar di tahun ini bisa direalisasikan karena sebentar lagi kita akan turun mengolah lahan tambak garam, tetapi kami seakan putus harapan saat tidak bisa menahan bencana gelombang air pasang,” ungkapnya.
Menurut jaenudin, lahan tambak garam di Desa Rawaurip mencapai 500 hektare, akan tetapi yang terpakai untuk budidaya garam hanya sekitar 30 persen-nya. Pasalnya, hampir 3/4 tambak yang ada tidak terpakai karena terkena gelombang pasang.
Selain merendam tambak yang ada, gelombang pasang juga menyebabkan lahan tambak yang tidak digarap ditumbuhi pohon mangrove.
“Insyaallah, kalau produksi garamnya bagus, secara perekonomian para petani garam bisa sejahtera, selain itu pembangunan di Desa Rawaurip pun baik,” tandasnya.
Sementara Kuwu Rawaurip Rochmannur, menyampaikan kedatangan para petani garam tidak lain untuk mempertanyakan langkah Pemdes terkait janji dari KSP untuk merealisasikan pembangunan breakwater di muara desanya.
Rochmannur mengaku sudah beberapa kali melayangkan surat dan berkomunikasi dengan KSP, namun hingga saat ini belum ada tindakan penanggulangan yang diharapkan.
“Awalnya kami yang mengajukan pembangunan break water, akan tetapi sangat disayangkan pembangunan tersebut dialihkan ke daerah lain,” ujar Rochmannur.
Dirinya berharap KSP segera merealisasikan rencana pembangunan break water di desanya, agar para petambak bisa kembali melakukan budidaya garam.
“Kalau produksi garam melimpah, jelas perekonomian akan meningkat dan para petambak garam akan menjadi sejahtera,” pungkasnya.***