SUARA CIREBON – Masjid Al Imam menjadi saksi perjalanan sejarah Kabupaten Majalengka.
Masjid Al Imam yang dibangun lebih dari 100 tahun yang lalu ini juga menyimpan banyak catatan tentang perkembangan agama Islam di Kabupaten Majalengka.
Bangunan yang berdiri kokoh di jantung Kota Majalengka ini awalnya hanya sebuah masjid kecil yang kemudian dilakukan perbaikan oleh Kyai Imam Safari yang menjabat sebagai penghulu kabupaten saat itu.
”Awalnya Al Imam ini adalah masjid kecil berbentuk bangunan panggung.Penyempurnaan mulai dilakukan oleh tokoh agama Islam Majalengka Kyai Imam Safari yang saat menjadi penghulu kabupaten,” ungkap H Lili Solohin.
Mantan Ketua DKM Al-Imam ini menjelaskan, berdasarkan catatan pada awal pembangunannya, masjid yang sekarang terlihat kokoh dan megah itu hanyalah masjid biasa yang berbentuk panggung.
Ketika Kyai Imam Safari yang menjabat sebagai penghulu kabupaten,muncul gagasan serta keinginan untuk melakukan renovasi masjid.
Renovasi serta perluasan dilakukan karena semakin padatnya jamaah serta kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam waktu itu.
“Keberadaan Masjid Al Imam ini semakin menggairahkan aktifitas keagamaan di Kabupaten Majalengka, termasuk banyak para kyai dan ulama dari daerah yang melakukan kegiatan di Masjid Al Imam,” katanya.
Seiring dengan perjalanan waktu,renovasi kembali dilakukan pada tahun 1888.Renovasi masjid kali ini dimpin oleh Kyai Hasan Basyari. Renovasi yang dilakukan sekitar tahun 1888 tidak merubah bentuk asli dari bangunan masjid yang berbentuk panggung.
Perubahan bangunan masjid dari bentuk panggung kata Lili baru dilakukan pada tahun 1900 ketika Kabupaten Majalengka dipimpin oleh Bupati Raden Mas Salam Salmon dengan penghulu kabupaten Kyai Haji Muhammad Ilyas.
“Renovasi yang dilakukan waktu itu hampir menyeluruh, sehingga mesjid yang tadinya berbentuk panggung dirubah menjadi lantai,” jelasnya.
Perbaikan dan penambahan fasilitas terus dilakukan pada Mesjid Al-Imam, seperti pada tahun 1967 pada masa Bupati Kolonel Raden Anwar Sutisna.Renovasi kemudian diteruskan oleh penggantinya,yaitu Bupati Rd.Saleh Sediana. Masjid yang semula hanya satu lantai, setelah renovasi berubah bentuk menjadi dua lantai.
“Perbaikan atau renovasi masjid ini memakan waktu yang cukup lama ,secara keseluruhan pembangunan Al-Imam baru dapat dituntaskan pada tahun 1977,” urainya.
Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada masa kepemimpinan Bupati Haji Rd.E.Djaelani, yaitu tahun 1984, perbaikan kembali dilakukan pada masjid Al Imam.
Selain dilakukan perbaikan pada bagian gedung, pada tahun itu juga bangunan masjid diperluas agar bisa menampung jamaah yang lebih banyak.
Pembenahan terus dilakukan hingga tahun 1990,yaitu dengan merubah bentuk atapnya menjadi bentuk kubah. Dan perbaikan terakhir dilakukan pada tahun 2003 ketika Kabupaten Majalengka dipimpin oleh Bupati Hj.Tutty Hayati Anwar.
Menuru Lili dari awal di bangun hingga sekarang,masjid Al Imam bukan hanya sebagai tempat sholat.
“Masjid ini menjadi saksi sejarah perkembangan agama Islam di Kabupaten Majalengka. Karena di masjid ini dilakukan kegiatan peribadatan, penyebaran informasi keagamaan, menjalin ukhuwah islamiyah serta pembinaan sosial kemasyarakatan serta pengembangan kebudayaan Islam,” jelasnya.***