SUARA CIREBON – Perjalanan 32 Bhiksu dari Thailand melakukan Ritual Thudong telah sampai di kota Cirebon dan kini akan melanjutkan perjalanan ke Tegal dan Pekalongan.
Selama melakukan perjalanan menuju tujuan akhir mereka, Candi Borobudur di Magelang, Jateng, para Biksu Budha atau Banthe akan singgah di sejumlah tempat.
Diagendakan, Banthe atau para Biksu Budha itu akan singgah di kediaman Habib Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), Vihara Adi Dharma (Semarang), Kelenteng Hok Tik Bio (Ambarawa), dan Kelenteng Liong Hok Bio (Magelang).
Selama di Cirebon para Biksu Budha mengunjungi Kelenteng Jamblang, Kelenteng Plered, disambut Bupati Cirebon, ke kelenteng Dewi Welas Asih, Gereja Katholik Santo Yosep Cirebon, dan kunjungan ke keraton kecirebonan.
Terharu sepanjang perjalanan kedatangan para Biksu Budha disambut antusias oleh masyarakat.
Banyak masyarakat memberikan minuman untuk para Banthe. Kunjungan para Biksu Budha ini memberikan kesejukan disaat hawa panas karena El Nino.
Dari 32 Banthe itu, 27 biksu asal Thailand, 4 dari Malaysia, dan 1 biksu dari Indonesia.
Tradisi Thudong ini diawali dari Nakhon Si Thammarat, Thailand, pada 23 Maret lalu dan finis di Candi Borobudur.
Perjalanan spiritual Thudong ini ditempuh para biksu dengan kapal dari Singapura menuju Batam. Kemudian pesawat dari Batam menuju Jakarta, dan berjalan kaki dari Jakarta menuju Candi Borobudur.
“Ritual Thudong untuk mendapatkan dan mengembangkan kemampuan spiritual para Biksu Budha atau Banthe,” tuturt Jeremy Huang Wijaya atau Suhu Jeremy, Minggu, 21 Mei 2023.
Menurut Suhu Jeremy, ritual Thudong yang dilakoni 32 Biksu Budha dari Thailand ke Candi Borobudur mengingatkan perjalanan spiritual para Biksu Budha lainnya.
“Ini mengingatkan kita pada kisah Biksu Tong dalam Novel Journey To The West dimana dikisahkan Biksu Tong Sam Cong mengadakan perjalanan dari Cina ke Barat,” tutur Suhu Jeremy.
Kisah yang di tulis berdasarkan novel Journey To West (Perjalanan ke Barat) oleh Wu Cheng En sekitar pertengahan abad ke 16.
Kisah perjalanan Biksu Tong Sam Cong sebenarnya menggambarkan perjalanan Biksu Xuanzhang meskipun deskripsi Biksu Tong Sam Cong bertolak belakang belakang dengan karakter asli Xuanzang yang hidup pada masa Dinasti Tang itu.
Kita juga mengenal perjalanan Bhiksu Fa Shien. Kumpulan tulisan Fa Shien dikenal dengan judul “A Record of Buddhist Kingdoms” atau “Catatan Negara-negara Buddhis”.
Fa Shien (Fa Xien) bermarga Kung lahir pada tahun 337 berasal dari Wu Yang terletak di Ping Yang Provinsi Shanxi.
Di Usia 62 tahun yaitu pada tahun 399 Fa Shien mengadakan perjalanan ke India tepatnya ke Kerajaan Khota untuk mempelajari agama Budha.
Dalam perjalanan pulang ke China kapalnya terdampar di Jawa. Selama lima bulan ada di Jawa.
Terdamparnya kapal Fa Shien di Jawa ini dimulainya hubungan dagang antara kerajaan di Tiongkok China dengan Kerajaan Tarumanegara di Jawa.
Rute perjalanan Fa Shien dijadikan peta perjalanan baru bagi para pedagang dari Tiongkok China dengan Kerajaan Tarumanegara di Jawa.
Kemudian abad ke 7 ada catatan perjalanan bhiksu I Tsing. Dalam pelayarannya dari China ke India untuk memperdalam ajaran Budha.
I Tsing pernah tinggal di Nusantara, khususnya di Sriwijaya, dalam waktu yang cukup lama.
Merupakan catatan penting bagi sejarah. I Tsing adalah Biksu dari China yang dikenal sebagai seorang penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha.
Bahkan catatan tertua tentang Sriwijaya diketahui dibuat oleh I Tsing. Mendapatkan teks agama Budha dalam bahasa Sansekerta.
Perjalanan spiritual atau ritual Thudong yang dijalani 32 Biksu Budha sejauh 2.506 kilometer dari Thailand ke Candiu Borobudur juga mengingatkan perjalanan Biksu atau Pendeta Tong dalam nodel dan Film Sun Go Kong.*
虽有差异,却能创造清凉
Suī yǒu chāyì, què néng chuàngzào qīngliáng
Artinya … Ciptakan kesejukan meski adanya perbedaan.***