SUARA CIREBON – Hamas merespon tak kalah keras ultimatum yang dilancarkan teroris Israel untuk mengosongkan wilayah Gaza utara yang berbatasan dengan Israel selatan.
Hamas menyatakan, rakyat Gaza menolak tegas ultimatum tersebut. Balik menantang, Hamas menyerukan agar sleuruh warga Gaza tetap tinggal di tempat.
“Rakyat Palestina (Gaza) menolak. Kami akan tetap tinggal di tanah kami, di kota kami, di rumah kami,” tutur Hamas saat merespon ancaman atau ultimatum Israel untuk mengosongkan Gaza, Jumat malam, 13 Oktober 2023.
Sehari sebelumnya, teroris Israel mengeluarkan seruannya. Mereka memberi ultimatum kepada warga Gaza untuk mengosongkan kotanya dan mengungsi ke wilayah selatan di daerah Wadi.
Teroris Israel, melalui ultimatum kepada warga Gaza, diperingati agar mengungsi ke selatan dalam waktu 24 jam sejak ancaman itu dikeluarkan pada Kamis malam, 12 Oktober 2023.
“Ini demi keamanan dan keselamatan warga sipil. Kami mengingatkan agar segera meninggalkan Gaza dalam waktu 24 jam,” tutur teroris Israel.
Tidak ada konfirmasi lanjutan mengenai ultumatum atau ancaman teroris Israel tersebut. Namun kalangan internasional menduga kuat, tentara Israel akan segera menduduki Gaza.
Perkiraan ini bila melihat mobilisasi dan peningkatan aktifitas teroris Israel di sepanjang perbatasan Gaza – Israel sejak perang meletus di akhir pekan ini.
Di parlemen Israel atau Knesset, Perdana Menteri (PM) Israel juga telah memperoleh dukungan bulat untuk membentuk Pemerintah Persatuan Darurat.
Bahkan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Loyd Austin telah bertemu Netanyahu di Tel Aviv untuk membicarakan kemungkinan serangan darat teroris Israel ke Gaza.
Atas ancaman atau ultimatum itu mendapagt respon keras Hamas. Pejuang Palestina Hamas menolak tegas dan menyatakan tidak ada warga Gaza yang akan meninggalkan rumah mereka di wilayah utara.
“Tidak ada. Warga menolak. Ini tanah kami, rumah kami. Kami akan bertahan. Kalaupun harus mati, mati di tanah kami di rumah kami,” demikian reaksi keras Hamas atas ultimatum teroris Israel.
Hamas menyatakan sikap tak kalah kerasnya. Melalui Kepala Biro Politik dan Hubungan Internasional, Basem Naim seperti dilaporkan Al Jazeera, Hamas memilih tetap akan bertahan di Gaza.
“Kami hanya ada dua pilihan, mengalahkan pendudukan atau mati di rumah kami,” tutur Basem Naim.
Basem Naim juga merujuk pada peristiwa Nakba di tahun 1948. Pada perisriwa itu, ribuan warga Gaza (Palestina) diusir oleh gerombolan teroris Israel.
“Kami tidak akan mengulangi Nakba untuk kedua kalinya,” ujar Basem Naim yang mengisyaratkan bahwa Hamas akan melawan teroris Israel di Gaza.
Kekinian, setelah memberi ultimatum, masih belum ada instruksi lanjutan dari para pemimpin Israel. Namun persiapan perang di perbatasan sudah makin intensif.
Bahkan tank-tank Israel telah melakukan manuver dengan menembakan senjata ke arah Gaza Palestina. Serangan rudal dan roket juga masih terus dilancarkan ke sejumlah target di Gaza utara yang merupakan pemukim padat dari sekitar 2,3 penduduk Gaza.***