SUARA CIREBON – Kenaikan harga beras di pasaran yang terjadi dalam satu bulan terakhir ini ternyata tidak berdampak bagi kesejahteraan para petani di Kabupaten Cirebon.
Kenaikan harga beras hingga di angka Rp16.000 per kilogram ini justru membebani para petani yang saat ini sedang banyak mengeluarkan biaya produksi, khususnya bagi para petani yang menggarap sawah di bawah satu hektar.
Seorang petani Desa Ujungsemi, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Suwarma (50) mengatakan, mayoritas petani di desanya, termasuk dirinya, tidak bisa lagi menyimpan gabah untuk dijual di saat harga sedang tinggi.
Hasil panen akan langsung dijual saat itu juga setelah tanaman padi dipotong, dirontokkan dan dikemas menggunakan mesin combine harvester.
Kondisi tersebut terjadi karena berkaitan dengan biaya produksi yang berasal dari pinjaman bank program pemerintah dengan sistem tempo, yakni bayar dalam dua kali panen selama setahun alias yarnen (bayar ketika panen).
“Jadi, pas panen hasilnya langsung kita jual untuk membayar setoran KUR (Kredit Usaha Rakyat). Bayarnya kan setiap panen saja,” jelas Suwarma saat ditemui Suara Cirebon di lahan sawahnya di Desa Ujungsemi, Senin, 4 Maret 2024.
Sehingga, kata Suwarma, saat harga beras naik seperti saat ini, dirinya tak bisa merasakan harga jual gabah yang dipastikan ikut naik.
Bahkan, kata dia, tingginya harga beras ini justru membuat biaya produksi ikut membengkak. Suwarma pun mengaku tidak tahu persis harga jual gabah saat ini.
Harga jual gabah yang ia ketahui ialah saat musim panen di akhir 2023 kemarin. Saat itu gabah hasil panen dijual dengan harga Rp650 ribu per kwintal. Dari harga gabah per kwintal tersebut, jika dikalkulasikan maka harga berasnya berada di angka Rp 10 ribu per kilogram.
Sebaliknya, jika saat ini harga beras di angka Rp16.000, maka jika dikalkulasikan, harga gabah mencapai Rp 1.040.000 per kwintal. Sayangnya, ia tak bisa “menikmati” harga jual gabah yang diestimasikan berada di angka tersebut.
“Bukan hanya saya, mayoritas petani di sini tidak menyimpan gabah karena langsung dijual saat panen,” paparnya.
Suwarma meyakini, harga gabah akan kembali turun ketika musim panen tiba. Keyakinannya itu didasari pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya dimana harga gabah akan terjun bebas saat musim panen nanti.
Seperti diketahui, harga beras kualitas premium dan medium sudah mengalami penurunan Rp500 per kilogram sejak Jumat, 1 Maret 2024 kemarin.
Harga beras premium yang semula Rp16.500 per kilogram, turun menjadi Rp 16.000 per kilogram. Sedangkan untuk beras kualitas medium kini harganya Rp13.500 per kilogram dari sebelumnya Rp14.000 per kilogram.
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan dan Pengendalian Barang Pokok dan Penting pada Disperdagin Kabupaten Cirebon, Sidik Wibowo mengatakan, penurunan harga beras tersebut terjadi karena beras dari Jawa Tengah sudah masuk di Cirebon.
Selain itu, lanjut Sidik, operasi pasar yang digelar Pemkab Cirebon dan Bulog Cirebon juga berpengaruh pada penurunan harga beras tersebut.
“Untuk saat ini stok beras aman, karena suplai beras dari Jawa Tengah sudah banyak yang masuk ke Cirebon. Kami juga membantu para pedagang untuk mendapatkan beras SPHP dari Bulog, kemungkinan kedepan harga beras akan kembali turun lagi,” terangnya.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.