SUARA CIREBON – Beredar percakapan atau dialog yang menyayat hati antara Sayyiditina Hajar atau Siti Hajar dengan suaminya, Nabi Ibrahim.
Dialog ini berisi kata perpisahan antara Siti Hajar dengan suami tercintanya, Nabi Ibrahim. Terjadi ketika Siti Hajar tengah memiliki putra Ismail.
Kisah ini, menjadi spirit dari Idul Adha yang diperingati tiap tahun oleh umat Islam sebagai Hari Raya atau Idul Qurban.
Berikut kisah dialog menyayat hati antara Siti Hajar dengan Nabi Ibrahim :
Siti Hajar : “kau tinggalkan aku dan Ismail sendirian disini?
Nabi Ibrahim : “iya”
Siti Hajar : “di tempat ini?”
Nabi Ibrahim : “iya”
Siti Hajar : “di tempat yang tak berpenghuni, tak tumbuh sebatang pun pohon, tak ada air setetespun?’
Nabi Ibrahim : “iya’
Siti Hajar : “apakah ini perintah Alloh?”
Nabi Ibrahim : “iya”
Siti Hajar : “jika benar hal ini perintah Alloh, tinggalkanlah aku dan Ismail, selamat jalan, pergi dan lihatlah ke depan, jangan sekali-kali menengok ke belakang.”
Sulit membayangkan betapa sakitnya hati Nabi Ibrahim as di saat-saat perpisahan itu, berapa banyak air mata yang tak berhenti mengalir di sepanjang jalan.
Betapa hancurnya hati dan jiwa Nabi Ibrahim as, perasaan seorang ayah yang harus meninggalkan istri tercinta dan anak laki-laki satu-satunya, meninggalkan mereka di tempat yang tidak bisa ditinggali hewan atau tumbuh tumbuhan sekalipun.
Sebuah drama hebat, epik cinta dan pengorbanan dipentaskan di atas panggung sejarah manusia.
Hajar, seorang ibu muda harus menanggung semua penderitaan ini, seorang diri dan sendiri, di tempat paling terpencil, gersang dan tak berpenghuni.
Hanya Ismail yang masih menangis dan haus, menghisap ASI yang telah mengering dan berhenti mengalir.
Seperti tersayat-sayat, perasaan seorang ibu harus mendapati putra satu satunya menggelepar tercekik rasa haus tak terkira.
Apakah Hajar terus menangis getir, meratapi nasibnya, berdiri diam menunggu keajaiban dari Alloh untuk mengangkat tangan menolong.
“TIDAK, sekali lagi Tidak, Alloh tidak akan memberikan apa yang saya inginkan kecuali saya bertindak untuk mendapatkannya” pikir Hajar dalam hati.
Hajar pun bergerak mencari sumber mata air, mengelilingi daerah sekitarnya sebanyak tujuh kali namun tidak menemukan air.
Lelah, letih dan bingung, hati nurani seorang ibu benar-benar tersiksa melihat anaknya Ismail terus menangis dan kehausan.
Ia menempatkan Ismail di tempat yang dianggap aman. Hajar mulai melakukan perjalanan semakin jauh, bolak-balik dari Safa ke Marwa, dari Marwa ke Shafa, masih tidak menemukan air.
Kembali ke Ismail, tangisnya semakin redup, wajahnya pucat dan menyedihkan.
Hati Hajar benar-benar tercabik, rintihan Ismail mengiris hati dan jiwanya, tidak ada ibu yang sanggup menghadapi kenyataan seperti itu seorang diri.
Tidak dapat lagi menyaksikan kondisi Ismail, Hajar memutuskan untuk pergi dan melakukan perjalanan lebih jauh ke Arafah dan bermalam di Mina dan sempat melawan jin yang mengganggunya dengan melempar jumrah.
Air belum ada, tenaga terkuras, jalan tak menentu, harapan hidup mulai sirna, dunia tampak gelap dan Alloh…Alloh.
Dimana Alloh?
Namun rasa keibuan tidak pernah pudar. Dengan sisa tenaganya, Hajar bangkit kembali untuk bertemu dengan anaknya Ismail.
Masya Alloh,
Allohu Akbar…
Allohu Akbar…
Keajaiban terjadi, bayi Ismail yang ditinggalkannya kesakitan, kini ia sehat, merangkak-rangkak sambil tangannya bermain-main dengan genangan pasir di sekitarnya.
Perlu diketahui, ritual haji tidak lebih dari mengikuti jejak Hajar, kaki wanita, kaki budak hitam legam.
Manasik Haji, disinilah Alloh Ta’ala menghina dan merendahkan para bangsawan dan aristokrat, para elit dan kaum menengah atas, mereka dipaksa harus memerankan diri mereka sebagai Hajar, sebagai budak perempuan hitam legam.
Mereka dipaksa untuk meniti kembali langkah-langkah dan jejak kaki Hajar sambil berpeluh keringat dibawah teriknya panas sinar matahari yang menyengat.
Semoga kita senantiasa bisa mengambil ibrah dari kisah luar biasa ini, Alloh Ta’ala terima ibadah haji saudara/i kita yang tahun ini melaksanakan ibadah haji, serta Alloh Ta’ala juga berikan kita kesempatan untuk beribadah ke Tanah Haram bagi yang masih belum melaksanakan.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.