SUARA CIREBON – Para petani di Desa Suranenggala, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, tak hanya menghadapi kekeringan saat musim kemarau tiba, tapi juga dihantui ancaman matinya tanaman padi akibat masuknya air laut ke lahan pertanian mereka.
Hal itu terjadi karena permukaan air di saluran irigasi, lebih rendah dibanding air laut di saluran pembuangan saat pasang tiba. Akibatnya, air laut secara perlahan masuk ke saluran irigasi bercampur dengan sisa air yang ada.
Mengetahui kondisi tersebut, para petani pun langsung berupaya menutup aliran air yang masuk ke sawah melalui saluran irigasi dengan cara dibendung. Sedangkan air laut yang sudah terlanjur masuk ke saluran irigasi, dilakukan penyedotan agar tidak masuk ke lahan pertanian.
Petani bahkan harus menggunakan dua mesin pompa air dengan kapasitas 2,5 inch sekaligus untuk menyedot air laut yang terlanjur masuk saluran irigasi. Air yang telah diseot selanjutnya dibuang ke muara pinggir pantai.
Upaya tersebut dilakukan oleh para petani dan Pemerintah Desa (Pemdes) Suranenggala selama satu hari penuh, yakni dari Rabu hingga Kamis pagi, 21-22 Agustus 2024.
Salah seorang petani desa setempat, Cadisa (52) mengatakan, upaya yang dilakukan tersebut untuk mempertahankan tanaman padi tetap hidup.
“Ini untuk mempertahankan sawah agar padi tetap hidup. Air asin kita buang ke muara laut, sebab kalau air asin masuk ke sawah maka tanaman padi akan mati semua,” kata Cadisa.
Kaur Ekbang Desa Suranenggala, Astika mengatakan, penyedotan air dilakukan karena air laut sudah masuk ke irigasi terlalu jauh hingga mendekati permukiman penduduk. Air yang dipompa kemudian dibuang lagi ke laut agar tidak masuk ke sawah.
Menurut Astika, air laut yang masuk ke saluran irigasi tersebut sudah terjadi selama dua minggu ini akibat tidak adanya air tawar di saluran tersebut.
Ia juga menjelaskan, pompanisasi air laut dari irigasi dilakukan karena lahan persawahan di Suranenggala akan mendapat giliran air dari Waduk Jatigede. Sehingga, nantinya air laut tidak tercampur dengan air tawar yang akan mengaliri area persawahan Desa Suranenggala.
“Ya karena khawatir air tawar tidak bisa mendorong air laut atau sampai tercampur. Kalau air laut masuk ke sawah, nanti akan menyebabkan lahan pertanian mati. Makanya kita pompa sampai air laut benar-benar tidak ada,” kata Astika.
Ia berharap, lahan pertanian di desanya mendapatkan giliran air satu minggu sekali. Sebab selama ini durasi giliran air yang didapat bisa mencapai 11 hingga 12 hari.
“Akibatnya sawah di sini mengalami kekeringan dan air laut naik ke irigasi pertanian,” tandasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.